عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ يَحْتَرِفُ، فَشَكَا المُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ»
(84) Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Ada dua orang bersaudara di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; yang satunya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk belajar agama), sedangkan yang satu lagi bekerja, lalu yang bekerja ini mengeluhkan tentang saudaranya yang hanya datang belajar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (tidak bekerja), maka Beliau bersabda, “Boleh jadi engkau mendapatkan rezeki karena sebabnya.” (HR. Tirmidzi dengan isnad yang shahih sesuai syarat Muslim)
Fawaid:
1. Barang siapa yang fokus belajar agama untuk menjaga syariat Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.
2. Dorongan untuk membantu para Ahli Ilmu dan para penuntut ilmu syar’i.
3. Sepatutnya seorang penuntut ilmu mempunyai pekerjaan dan tidak menjadi tanggungan orang lain.
4. Menafkahi penuntut ilmu termasuk kunci rezeki.
BAB : ISTIQAMAH[i]
Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Huud: 112)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ--نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ --نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."--Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.--Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat: 30-32)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ--أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan Kami adalah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita.--Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaaf: 13-14)
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ: " قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ، فَاسْتَقِمْ "
(85) Dari Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi ia berkata, “Aku pernah berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku sebuah perkataan dalam Islam yang tidak saya tanyakan kepada seorang pun setelahmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)
Fawaid:
1. Anjuran bertanya tentang sesuatu yang menghimpun semua perkara kebaikan.
2. Beriman kepada Allah mencakup beriman kepada wujud-Nya, Rububiyyah-Nya (keesaan-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta), Uluhiyyah-Nya (keesaan-Nya untuk diibadati), nama dan sifat-Nya, hukum-hukum-Nya, berita yang disampaikan-Nya, kemudian tetap istiqamah di atas syariat-Nya.
3. Sebagian Ahli Ilmu berkata, “Sumber istiqamah kembali kepada dua hal, yaitu: benarnya keimanan kepada Allah dan mengikuti apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir maupun batin.”
4. Bertanya kepada Ahli Ilmu ketika tidak mengetahui.
5. Iman berupa ucapan dan perbuatan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَارِبُوا وَسَدِّدُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا أَنْتَ؟ قَالَ: «وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ»
(86) Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mendekatlah dan bersikap luruslah! Ketahuilah, tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat karena amalnya.” Para sahabat berkata, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Demikian pula saya, hanyasaja Allah telah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia-Nya.” (HR. Muslim)
Maksud “Mendekatlah” adalah bersikap sederhana tanpa berlebihan dan meremehkan, sedangkan maksud “sikap lurus” adalah istiqamah.
Para ulama berkata, “Maksud istiqamah adalah tetap menaati Allah Ta’ala.”
Fawaid:
1. Tidak ada yang dapat memenuhi hak Allah Ta’ala. Akan tetapi, amal saleh merupakan sebab yang memasukkan seseorang ke surga sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat An Nahl ayat 32, dan seseorang diberi taufik untuk beramal saleh adalah karena karunia Allah dan rahmat-Nya.
2. Cara meraih kebaikan, yaitu dengan bersikap istiqamah di atas jalan Allah Ta’ala tanpa bersikap berlebihan dan meremehkan.
3. Seseorang tidak boleh bersikap ujub (bangga dan tertipu) oleh amalnya, sehingga berjalan di atas sikap raja (berharap) tanpa ada rasa khauf (takut) dalam dirinya.
4. Bersikap istiqamah disesuaikan dengan kemampuan.
5. Meminta pertolongan kepada Allah agar dapat beramal saleh dan tidak bersandar kepada kemampuan diri sendiri.
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy), Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin), Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.
[i] Istiqamah adalah seseorang tetap berada di atas syariat Allah Ta’ala sebagaimana yang diperintah-Nya, tentunya diawali sikap ikhlas sebelumnya (Syarh Riyadhush Shalihin 1/302).
0 comments:
Post a Comment