عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « عُرِضَتْ عَلَىَّ الأُمَمُ ، فَجَعَلَ النَّبِىُّ وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ الرَّهْطُ ، وَالنَّبِىُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ ، حَتَّى رُفِعَ لِى سَوَادٌ عَظِيمٌ ، قُلْتُ : مَا هَذَا ؟ أُمَّتِى هَذِهِ ؟ قِيلَ : هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ . قِيلَ : انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ . فَإِذَا سَوَادٌ يَمْلأُ الأُفُقَ ، ثُمَّ قِيلَ لِى : انْظُرْ هَاهُنَا وَهَاهُنَا فِى آفَاقِ السَّمَاءِ فَإِذَا سَوَادٌ قَدْ مَلأَ الأُفُقَ قِيلَ هَذِهِ أُمَّتُكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ هَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ ، ثُمَّ دَخَلَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَهُمْ فَأَفَاضَ الْقَوْمُ وَقَالُوا : نَحْنُ الَّذِينَ آمَنَّا بِاللَّهِ ، وَاتَّبَعْنَا رَسُولَهُ ، فَنَحْنُ هُمْ أَوْ أَوْلاَدُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا فِى الإِسْلاَمِ ؟ فَإِنَّا وُلِدْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ . فَبَلَغَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ فَقَالَ : هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَلاَ يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ » . فَقَالَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ : أَمِنْهُمْ أَنَا يا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ :« نَعَمْ » . فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ : أَمِنْهُمْ أَنَا ؟ قَالَ :« سَبَقَكَ عُكَّاشَةُ » .
(74) Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berbagai umat ditunjukkan kepadaku, lalu ada seorang dan dua orang nabi yang lewat dengan beberapa orang pengikut, dan ada seorang nabi tanpa seorang pun pengikut. Kemudian ditampakkan kepadaku sejumlah besar orang. Aku bertanya, "Siapa mereka ini? Apakah ini umaku?” Lalu dikatakan, “Ini adalah Musa dan kaumnya.” Kemudian dikatakan (kepadaku), “Lihatlah ke ufuk (ujung langit)!” Maka tampak sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Lalu dikatakan lagi kepadaku, “Lihatlah ke sebelah sana dan sebelah situ di beberapa ufuk langit!” Ternyata ada pula sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Kemudian dikatakan (keadaku), “Ini umatmu, dan di antara mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.” Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah dan tidak menerangkan kepada para sahabat (siapa mereka itu). Maka orang-orang sibuk membicarakan. (Di antara mereka) ada yang berkata, “Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, maka mungkin mereka itu adalah kita atau anak-anak kita yang lahir di atas Islam, karena kita lahir di atas Jahiliyyah?” Maka sampailah berita itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau pun keluar dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah (dijampi-jampi penyakitnya), tidak merasa sial (dengan sesuatu), tidak mengobati luka mereka dengan besi panas, dan mereka bertawakkal kepada Tuhan mereka.” Lalu Ukkasyah bin Muhshan berkata, “Apakah aku termasuk mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya.” Lalu ada lagi yang berdiri dan berkata, “Apakah aku juga termasuk mereka?” Beliau menjawab, “Kamu telah didahului oleh Ukkasyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Tingginya kedudukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Keutamaan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahwa umat Beliau lebih banyak di antara umat para nabi yang lain.
3. Tolok ukur kebenaran, bukanlah banyaknya orang yang mengikuti, karena di antara para nabi ada yang pengikutnya hanya seorang atau dua orang, bahkan ada yang tidak punya pengikut sama sekali.
4. Nikmat Allah untuk umat ini, dan bahwa umat ini adalah umat yang mendapat rahmat, dimana di antara mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.
5. Keutamaan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6. Keutamaan Ukkasyah radhiyallahu ‘anhu.
7. Keutamaan orang-orang yang lahir di masa Islam dan belum tersentuh dengan kotoran perbuatan kaum Jahiliyyah.
8. Bolehnya berijtihad dalam masalah yang tidak ada nashnya untuk mencapai ke arah kebenaran.
9. Termasuk metode mengajar adalah membuat kondisi yang menimbulkan pertanyaan dan membiarkan para siswa mengkaji, selanjutnya memberian jawaban yang benar.
10. Keutamaan tawakkal kepada Allah dan bersandar kepada-Nya dalam mendatangkan manfaat atau menghindarkan madharat.
11. Ruqyah ada yang masyru’ (disyariatkan), yaitu jika menggunakan doa-doa yang diambil dari Al Qur’an atau hadits, dan ada pula yang ghairu masyru (tidak disyariatkan), yaitu jampi-jampi yang di dalamnya mengandung kemusyrikan.
12. Haramnya merasa sial dengan sesuatu dan bersikap pesimis.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَقُولُ: «اللهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْ تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ»
(75) Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa, “Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, dan karena Engkau aku bertengkar dengan musuh. Ya Allah, aku berlindung kepada keperkasaan-Mu agar Engkau tidak menyesatkan diriku, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau Mahahidup dan tidak akan mati, sedangkan manusia dan jin akan mati.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafaz ini adalah lafaz Muslim, dan Bukhari menyebutkannya secara ringkas).
Fawaid:
1. Kembali kepada Allah, bergantung kepada-Nya, dan mencari kemuliaan kepada-Nya. Barang siapa yang mencari kemulian kepada selain-Nya, maka dia akan hina, dan barang siapa yang mencari petunjuk selain petunjuk-Nya, maka dia akan tersesat.
2. Wajibnya bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan bahwa semua selain Allah akan binasa, oleh karena itu tidak pantas bersandar kepada selain-Nya.
3. Anjuran mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan doa yang padat ini; yang menunjukkan kebenaran iman dan keyakinan.
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy), Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin), Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.
[i] Yakin adalah kuatnya iman dan keteguhan, sehingga seseorang seakan-akan menyaksikan langsung apa yang Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan karena kuatnya keyakinan.
Tawakkal adalah seseorang bersandar kepada Rabbnya Azza wa Jalla lahir maupun batin dalam mendatangkan manfaat dan menghindarkan madharat (bahaya). (Lihat Syarh Riyadhush Shalihin 1/283)
0 comments:
Post a Comment