عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ نَاسًا مِنَ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، حَتَّى إِذَا نَفِدَ مَا عِنْدَهُ قَالَ: «مَا يَكُنْ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَصْبِرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ»
(26) Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa beberapa orang Anshar pernah meminta (harta) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau memberikannya, kemudian mereka meminta lagi, lalu Beliau memberikannya hingga habis harta yang ada pada Beliau, kemudian Beliau bersabda, “Tidak ada satu kebaikan (harta) yang aku sembunyikan dari kalian. Barang siapa yang menjaga dirinya (dari meminta-minta), maka Allah akan mencukupkannya, barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mengkayakannya, barang siapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan membantunya untuk bersabar, dan tidak ada pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Fawaid:
1. Kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Kaya itu bukan kaya atau banyak harta, akan tetapi kaya itu adalah kaya hati.
3. Anjuran untuk menjaga diri dari meminta-minta, qana’ah (merasa cukup), dan bersabar terhadap sempitnya rezeki yang diberikan kepadanya serta hal-hal lain yang tidak menyenangkan di dunia.
4. Bolehnya meminta ketika ada kebutuhan meskipun lebih utama meninggalkannya sampai datang pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.
عَنْ صُهَيْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
(27) Dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Semua urusannya baik baginya, dan hal itu tidak ada kecuali pada diri seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu baik baginya, dan jika ia mendapatkan kesengsaraan, maka ia bersabar, maka hal itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Fawaid:
1. Keutamaan syukur terhadap nikmat dan sabar ketika mendapatkan musibah. Barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka dia akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, barang siapa yang tidak bersyukur terhadap nikmat dan tidak bersabar terhadap musibah, maka ia mendapatkan kesengsaraan, kehilangan pahala, dan mendapatkan dosa.
2. Orang mukmin yang sempurna imannya akan bersyukur kepada Allah saat mendapatkan nikmat dan bersabar ketika mendapatkan musibah.
3. Orang kafir keluh kesal dan marah-marah ketika mendapatkan musibah, sehingga ia mendapatkan dua dosa, yaitu tidak ridha terhadap takdir Allah dan tidak sabar ketika mendapatkan musibah.
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ، فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: وَا كَرْبَ أَبَاهُ، فَقَالَ لَهَا: «لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ اليَوْمِ» ، فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ: يَا أَبَتَاهُ، أَجَابَ رَبًّا دَعَاهُ، يَا أَبَتَاهْ، مَنْ جَنَّةُ الفِرْدَوْسِ، مَأْوَاهْ يَا أَبَتَاهْ إِلَى جِبْرِيلَ نَنْعَاهْ، فَلَمَّا دُفِنَ، قَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: يَا أَنَسُ أَطَابَتْ أَنْفُسُكُمْ أَنْ تَحْثُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التُّرَابَ
(28) Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin berat sakitnya, maka Beliau pun diliputi oleh kedukaan –karena menghadapi sakaratul maut-, kemudian Fathimah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aduhai penderitaan yang dihadapi ayah.” Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setelah hari ini, ayahmu tidak akan mengalami penderitaan lagi.” Saat Beliau telah wafat, maka Fathimah berkata, “Aduhai ayah, ia telah memenuhi panggilan Rabb-Nya. Aduhai ayah, surga Firdauslah tempat tinggalnya. Aduhai ayah, kepada Jibril, kami sampaikan berita wafatnya.” Setelah Beliau dikubur, Fathimah radhiyallahu ‘anha berkata, “Wahai Anas! Apakah hatimu tenang ketika menaburkan tanah di atas jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” (HR. Bukhari)
Fawaid:
1. Para nabi adalah manusia yang paling berat cobaannya.
2. Bolehnya menaruh kasihan kepada seseorang yang akan dicabut nyawa seperti yang diucapkan Fathimah radhiyallahu ‘anha, dan bahwa hal itu tidak termasuk niyahah (meratap).
3. Bolehnya menyebutkan sifat-sifat si mayit setelah wafatnya.
4. Kehidupan setelah dunia lebih baik bagi para nabi ‘alaihimush shalatu was salam dan para pengikutnya.
5. Dunia adalah tempat yang penuh kelelahan, dan akhirat merupakan tempat istirahat dan kenikmatan bagi seorang mukmin.
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: أَرْسَلَتِ ابْنَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِ إِنَّ ابْنًا لِي قُبِضَ، فَأْتِنَا، فَأَرْسَلَ يُقْرِئُ السَّلاَمَ، وَيَقُولُ: «إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ، وَلْتَحْتَسِبْ» ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ تُقْسِمُ عَلَيْهِ لَيَأْتِيَنَّهَا، فَقَامَ وَمَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ، وَمَعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ وَرِجَالٌ، فَرُفِعَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّبِيُّ وَنَفْسُهُ تَتَقَعْقَعُ  فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، فَقَالَ سَعْدٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هَذَا؟ فَقَالَ: «هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ»
(29) Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Puteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengirimkan seseorang untuk menyampaikan berita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu  “Anakku akan meninggal dunia, maka datanglah kepada kami,” maka Beliau mengirimkan seseorang untuk menyampaikan salam dan mengatakan, “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, milik-Nya pula apa yang Dia berikan, dan semuanya telah ditentukan ajalnya di sisi-Nya, maka hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala.” Puterinya pun mengirimkan seseorang sambil bersumpah agar Beliau datang, maka Beliau, Sa’ad bin Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan beberapa orang sahabat pergi mendatanginya, lalu anaknya pun diangkat ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan nafasnya ketika itu terengah-engah, lalu mata Beliau berlinangan air mata, kemudian Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah, apa ini?” Beliau menjawab, “Ini adalah rahmat yang Allah berikan kepada hati hamba-hamba-Nya, dan Allah hanya memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Bolehnya meminta orang yang memiliki keutamaan untuk hadir menyaksikan seorang yang hendak dicabut nyawanya untuk meminta doanya, dan bolehnya bersumpah agar orang tersebut datang.
2. Bolehnya berjalan untuk ta’ziyah (menghibur keluarga mayit). Menjenguk juga boleh tanpa izin; berbeda dengan walimah.
3. Anjuran memenuhi sumpah orang lain.
4. Anjuran memerintahkan orang yang mendapatkan musibah untuk bersabar sebelum datang kematian agar dirinya menerima takdir Allah.
5. Bolehnya mengulang-ulang undangan.
6. Dorongan untuk sayang kepada semua makhluk Allah.
7. Peringatan terhadap hati yang kasar dan mata yang tidak pernah menangis.
8. Bolehnya menangis tanpa disertai ratapan.
9. Perintah mendahulukan salam sebelum berbicara.
10. Perintah menghibur orang yang mendapatkan musibah dengan hiburan yang meringankan penderitaannya.
11. Menjenguk orang sakit meskipun bukan orang utama atau bahkan hanya anak kecil merupakan akhlak mulia.
12. Sekedar menangis dan berlinangnya air mata tidaklah haram, bahkan ia merupakan bentuk rahmat dan kasih sayang.
13. Wajibnya bersabar terhadap musibah.

Marwan bin Musa
Maraji': Syarh Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy), Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin),  Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.

0 comments:

Post a Comment

 
Pusat Kajian Hadits © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top