عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ قَالَ: «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ»
(108) Dari Abdullah bin Busr, bahwa seorang Arab badui pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?” Beliau menjawab, “Seorang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Fawaid:
1. Keutamaan umur yang panjang ketika amalnya tetap baik.
2. Buruknya seorang yang panjang umur tetapi amalnya tidak baik.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: غَابَ عَمِّي أَنَسُ بْنُ النَّضْرِ عَنْ قِتَالِ بَدْرٍ، فَقَالَ: «يَا رَسُولَ اللَّهِ غِبْتُ عَنْ أَوَّلِ قِتَالٍ قَاتَلْتَ المُشْرِكِينَ، لَئِنِ اللَّهُ أَشْهَدَنِي قِتَالَ المُشْرِكِينَ لَيَرَيَنَّ اللَّهُ مَا أَصْنَعُ» ، فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ، وَانْكَشَفَ المُسْلِمُونَ، قَالَ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ هَؤُلاَءِ - يَعْنِي أَصْحَابَهُ - وَأَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ هَؤُلاَءِ، - يَعْنِي المُشْرِكِينَ - ثُمَّ تَقَدَّمَ» ، فَاسْتَقْبَلَهُ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ، فَقَالَ: «يَا سَعْدُ بْنَ مُعَاذٍ، الجَنَّةَ وَرَبِّ النَّضْرِ إِنِّي أَجِدُ رِيحَهَا مِنْ دُونِ أُحُدٍ» ، قَالَ سَعْدٌ: فَمَا اسْتَطَعْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا صَنَعَ، قَالَ أَنَسٌ: فَوَجَدْنَا بِهِ بِضْعًا وَثَمَانِينَ ضَرْبَةً بِالسَّيْفِ أَوْ طَعْنَةً بِرُمْحٍ، أَوْ رَمْيَةً بِسَهْمٍ وَوَجَدْنَاهُ قَدْ قُتِلَ وَقَدْ مَثَّلَ بِهِ المُشْرِكُونَ، فَمَا عَرَفَهُ أَحَدٌ إِلَّا أُخْتُهُ بِبَنَانِهِ قَالَ أَنَسٌ: " كُنَّا نُرَى أَوْ نَظُنُّ أَنَّ هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ فِيهِ وَفِي أَشْبَاهِهِ: {مِنَ المُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ} [الأحزاب: 23] إِلَى آخِرِ الآيَةِ
(109) Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Pamanku Anas bin Nadhr tidak hadir dalam perang Badar, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah absen pada peperangan pertama kali yang engkau lakukan terhadap kaum musyrik. Jika Allah menghadirkanku dalam peperangan melawan kaum musyrik, maka Allah akan memperlihatkan apa yang akan aku lakukan.” Maka pada perang Uhud, saat kaum muslim terpukul mundur, Anas berkata, “Ya Allah, aku meminta uzur kepada-Mu dari tindakan yang dilakukan mereka ini –maksudnya para sahabatnya karena mundur-, dan aku berlepas diri dari tindakan yang dilakukan mereka itu – maksudnya kaum musyrik-,” ia pun maju, lalu ia bertemu Sa’ad bin Mu’adz dan berkata, “Wahai Sa’ad bin Mu’adz, demi Tuhan Nadhr, sesunguhnya aku mencium surga di balik bukit Uhud.” Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak sanggup melakukan seperti yang dilakukannya.” Anas berkata, “Lalu kami temukan ada delapan puluh lebih sayatan pedang, tusukan tombak, atau lemparan panah. Kami temukan dirinya telah terbunuh dan telah dicincang kaum musyrik, sehingga tidak ada yang mengenalinya selain saudarinya melalui jari-jemarinya.” Anas berkata, “Kami mengira, bahwa ayat ini turun berkenaan dirinya dan orang-orang yang semisalnya, yaitu, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah…dst. (QS. Al Ahzab: 23).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Keutamaan mengorbankan jiwa dan raga dalam berjihad fi sabilillah.
2. Seorang mukmin menepati janjinya meskipun berat.
3. Tingginya keimanan Anas bin Nadhr
4. Seorang mujahid sejati terkadang sempat mencim wangnya surga, sehingga hal itu mendorongnya untuk melanjutnya jihadnya fi sabilillah. Hal ini merupakan bentuk peneguhan Allah Azza wa Jalla kepadanya.
5. Bolehnya menghukumi berdasarkan tanda-tandanya.
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " لَمَّا نَزَلَتْ آيَةُ الصَّدَقَةِ، كُنَّا نُحَامِلُ، فَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِشَيْءٍ كَثِيرٍ، فَقَالُوا: مُرَائِي، وَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ، فَقَالُوا: إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنْ صَاعِ هَذَا، فَنَزَلَتْ: {الَّذِينَ يَلْمِزُونَ المُطَّوِّعِينَ مِنَ المُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ} [التوبة: 79] " الآيَةَ
(110) Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Ketika turun ayat untuk bersedekah, maka kami menjadi pengangkut barang dengan menerima upah, lalu ada seorang yang bersedekah dalam jumlah banyak, kemudian orang-orang (munafik) berkata, “Dia riya,” dan ada pula seorang yang datang bersedekah membawa satu sha’, lalu orang-orang (munafik) berkata, “Sesungguhnya Allah tidak butuh terhadap satu sha’ ini,” maka turunlah ayat (yang artinya), “(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, …dst.” (QS. At Taubah: 79)
Fawaid:
1. Ketakwaan para sahabat, dan segeranya mereka mengerjakan kebaikan.
2.  Mengerjakan ketaatan sesuai kemampuan.
3. Tidak perlu memperhatikan celaan kaum munafik.
4. Di antara sifat kaum munafik adalah mencela orang yang berbuat baik.
5. Dorongan bersedekah meskipun sedikit.
6. Tidak meremehkan perkara ma’ruf meskipun ringan.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ .   يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ    وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .
(111) Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam riwayatnya yang berasal dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla; bahwa Dia berfirman, “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan menjadikan perbuatan itu haram dilakukan antara sesama kamu, maka janganlah kamu saling berlaku zalim. Wahai hamba-Ku! Kamu semua tersesat selain orang yang Aku berikan hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan hidayah kepadamu. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya kelaparan selain orang yang Aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kamu makanan. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya tidak berpakaian selain orang yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan kamu pakaian. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya melakukan kesalahan di malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya Aku akan ampuni. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya tidak ada bahaya yang dapat kamu lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak adanya manfaat yang dapat kamu berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang yang pertama di antara kamu sampai orang yang terakhir, dari kalangan manusia dan jinnya semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun.  Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang pertama di antara kamu sampai orang yang terakhir, dari kalangan manusia dan jinnya, semuanya berhati jahat seperti jahatnya salah seorang di antara kamu, niscaya hal itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku! Seandainya  orang yang pertama di antara kamu sampai orang yang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu meminta kepada-Ku, kemudian setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku selain bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan ke dalam lautan. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya semua perbuatan kamu akan Aku jumlahkan untuk kamu kemudian Aku berikan balasan. Barang siapa yang mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan barang siapa yang mendapatkan selainnya, maka janganlah ada yang dicela selain dirinya.” (HR. Muslim)
Fawaid:
1. Allah Mahaadil dan tidak pernah berbuat zalim.
2. Haramnya berbuat zalim dan wajibnya berlaku adil dalam semua perkara.
3. Disyariatkannya mencari hidayah sambil memohon kepada Allah Azza wa Jalla.
4. Rezeki di Tangan Allah, maka harus dicari dengan cara-cara yang halal sambil memohon kepada Allah kemudahannya.
5. Seorang hamba butuh kepada Allah dalam segala urusannya, maka hendaknya terus meminta kepada-Nya agar dipenuhi kebutuhannya baik besar maupun kecil.
6. Allah Mahakaya tidak membutuhkan alam semesta. Ketaatan tidak bermanfaat apa-apa bagi-Nya, dan kemaksiatan sama sekali tidak merugikan-Nya, akan tetapi Dia mencintai keimanan dan ketaatan bagi hamba-hamba-Nya, dan membenci kekufuran dan kemaksiatn bagi mereka.
7. Luasnya rahmat Allah, kalau sekiranya setiap dosa langsung diberikan hukuman, tentu tidak ada satu pun makhluk yang masih tersisa, akan tetapi Dia tunda sampai waktu tertentu untuk dijumlahkan dan diberikan balasan.
8. Allah senang diminta.
9. Kemurahan Allah dan ihsan-Nya, dimana Dia tetap mengajak hamba-hamba-Nya -meskipun mereka berbuat zalim dengan berbuat maksiat dan dosa- agar meminta maaf dan memohon ampunan-Nya.
10. Manusia diberikan pilihan dalam tindakannya, sehingga ia dihisab karenanya dan dicela saat meremehkan hak Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy)Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin), Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilahversi 3.45, dll.

0 comments:

Post a Comment

 
Pusat Kajian Hadits © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top