Hadits 36

"Mencintai tanah air sebagian dari iman."

Dinyatakan oleh ash-Shaghani bahwa hadits ini maudhu'. Di samping itu, maknanya tidak benar, sebab mencintai tanah air sama dengan mencintai jiwa raga dan harta benda. Yang demikian itu hal naluriah bagi setiap insan dan tidak perlu diagung-agungkan, apalagi dikatakan termasuk sebagian iman. Kita dapat melihat bahwa rasa cinta tanah air ini tidak ada bedanya antara orang mukmin dengan orang kafir.

Hadits 37

"Akan datang suatu masa yang waktu itu manusia seperti serigala. Siapa yang tidak menjadikan dirinya sebagai serigala, dia akan dimakan serigala."

Hadits ini sangat lemah. Ibnul Jauzi meriwayatkan hadits ini dalam deretan hadits-hadits maudhu'.

Ad-Daru Quthni berkata, "Sanadnya tunggal, yaitu dari Ziyad bin Abi Ziyad yang oleh pakar hadits ditinggalkan riwayatnya."

Hadits 38

"Barangsiapa berlaku ikhlas kepada Allah selama empat puluh hari, akan muncullah sumber kebijakan (hikmah) pada lisannya."

Ini hadits dha'if. Abu Naim meriwayatkannya dalam kitab al-Haliyyah V/189 dari sanad Muhammad bin Isma', dari Abu Khalid Yazid al-Wasithi, dari Hajjaj, dari Makhul.

Ibnul Jauzi meriwayatkannya dalam deretan hadits maudhu' dengan mengatakan, "Hadits ini tidak sahih. Yazid al-Wasithi banyak melakukan kesalahan, sedangkan Hajjaj majruh (tercela) dan Muhammad bin Ismail adalah majhul (asing). Tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa Makhul telah mendengar dari Abu Ayyub al-Anshari r.a."

As-Suyuthi dalam kitab al-La'ali II/176 mengutip ucapan al-Iraqi yang menyatakannya sebagai hadits dha'if.

Hadits 39

"Barangsiapa tidur sesudah ashar kemudian akalnya terganggu, maka jangan menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri."

Ini hadits dha'if. Hal itu diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari sanad Khalid bin al-Qasim dari al-Laits bin Sa'd dari Aqil.

Ibnul Jauzi mengatakan dalam kitab Hadits-hadits Maudhu'at bahwa itu bukan hadits sahih. Khalid adalah penipu atau pendusta. Ia mengambil hadits dari Ibnu Luhai'ah yang menisbatkannya kepada Laits. Sedang Ibnu Luhai'ah hafalannya sangat lemah.

Ibnu Adi dalam al-Kamil I/211, mengisahkan bahwa Marwan (perawinya) mengatakan: "Aku tanyakan kepada Laits sedang ia tengah tidur sehabis Ashar pada bulan Ramadhan: 'Wahai Abu Harits, mengapa engkau tidur sehabis shalat ashar? Tidakkah engkau dengar hadits Luhai'ah?' Dengan santai ia menjawab: 'Aku tidak akan meninggalkan amalan yang bermanfaat bagiku karena hadits Luhai'ah dari Aqil.'"

Jawaban Laits ini sungguh menakjubkan sekaligus menunjukkan ketinggian ilmu dan fiqihnya.Tak mengherankan sebab Laits adalah imam kaum muslimin dan fuqaha yang sangat terkenal. Dan kini saya banyak menyaksikan syekh-syekh yang meninggalkan tidur setelah ashar, sekalipun mereka sangat perlu melakukannya. Bila dinyatakan kepada mereka bahwa hadits tersebut lemah, dengan serentak mereka akan"menjawab, "Kita lebih baik mengamalkan hadits dha'if dalam keutamaan amalan.",

Karena itu perhatikanlah perbedaan antara fiqihnya salafus saleh dengan ilmunya khalaf.

Hadits 40

"Hendaknya kalian makan labu karena labu dapat menambah kecerdasan. Hendaknya kalian'makan adas (sebangsa kacang-kacangan, penj.) sebab adas telah disucikan melalui ucapan tujuh puluh orang nabi."

Hadits ini maudhu'. Ath-Thabrani meriwayatkannya dari sanad Amr bin Husain dan juga as-Suyuthi bahwa Amr dan gurunya tertolak riwayatnya.

Dalam kitab al-Maudhu'at, Ibnul Jauzi menyingkap hadits tersebut dengan beberapa sanadnya, kemudian semuanya divonis maudhu'. Ibnu Qayyim dalam kitab al-Manar halaman 20 juga menyatakannya sebagai hadits maudhu'. Hal itu dikuatkanoleh pernyataan Ali al-Fari dalam deretan hadits-hadits maudhu'.

Sumber : Silsilah Hadist Dha'if dan Maudhu' Muhammad Nashiruddin al-Albani

0 comments:

Post a Comment

 
Pusat Kajian Hadits © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top