Hadits 31

"Dunia adalah langkah seorang mukmin."

Hadits tersebut tidak ada sumber aslinya. Ibnu Taimiyah dalam al-Fatawa I/196 juga mengatakan bahwa hadits tersebut tidak diketahui sumbernya, tidak dari Rasulullah saw., tidak dari salafussalih, juga tidak dari para imam.

Hadits tersebut oleh Imam as-Suyuthi diriwayatkan dalam deretan hadits-hadits maudhu' dengan nomor 1187.

Hadits 32

"Dunia itu haram bagi ahli akhirat dan akhirat itu haram bagi ahli dunia, sedangkan dunia dan akhirat adalah haram bagi ahlullah."

Ini salah satu dari sederetan hadits maudhu'. Dalam sanadnya terdapat Jibillah bin Sulaiman yang oleh adz-Dzahabi dinyatakan dalam deretan perawi tidak tsiqah (tidak terpercaya).

Menurut saya, penyebar hadits ini bukan saja tidak kuat, tetapi jelas seorang pendusta ulung. Yang pasti, riwayat ini batil. Seorang mukmin tidak akan ragu terhadap pernyataan ini, sebab bagaimana mungkin Rasulullah mengharamkan sesuatu yang dihalalkan bagi orang-orang mukmin?

Tampaknya pemalsu hadits ini berasal dari kalangan sufi yang dungu, yang berkeinginan menabur benih akidah sufiyah batil. Di antaranya, yaitu mengharamkan sesuatu yang te1ah dihalalkan Allah dengan dalih mendidik jiwa, seolah-olah apa yang didatangkan oleh syariat tidak cukup atau kurang sempurna. Sehingga mereka membuat peraturan untuk menyempurnakan ketetapan Ilahi.

Hadits 33

"Dunia adalah istri kedua (saingan) akhirat."

Hadits ini tidak ada sumbernya dari Rasulullah saw.. Ini ditegaskan' dalam kitab Kasyful Khafa dan lain-lain. Konon termasuk ucapan-ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Isa a.s.

Hadits 34

"Berhati-hatilah terhadap dunia, karena dunia lebih memperdaya daripada Harut dan Marut."

Hadits ini munkar dan tidak ada sumbernya. Al-Iraqi menyatakan dalam kitab Takhrijul-Ihya III/177 bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya yang disandarkan kepada Abud Darda secara mursal (sanad yang disandarkan kepada sahabat atau tabiin, penj.).

Adz-Dzahabi menyatakan, "Tidak diketahui siapa Abud Darda." Bahwa hadits itu munkar dan tidak bersumber telah ditegaskan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Lisanul Mizan VI/375. Bahkan siapa yang menganggap Abud Darda itu sahabat yang masyhur, berarti salah. Jadi, yang menjadi masalah majhulnya (asingnya) Abud Darda'.

Hadits 35

"Siapa yang adzan, dialah yang qamat."

Lafazh yang demikian tidak ada sumbernya. Namun, ada lafazh (matan) yang lain yaitu "man adz adzana fahuwa yuqiimu." Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi dan Abu Naim dalam kitab I I/256, dan juga oleh Ibnu Asakir, IX/466 dari sanad Abdur Rahman bin Ziyad al-Afriqi.

Sanad hadits itu sangat lemah karena adanya al-Afriqi tersebut. Hal ini dinyatakan Ibnu Hajar dalam at-Taqrib. Juga dinyatakan dha'if oleh Tirmidzi. Usai meriwayatkannya ia mengatakan, "Kami hanya mengetahui sanadnya dari al-Afriqi. Ia ini oleh pakar hadits dinyatakan dha'if hifizh (lemah hafalannya)."

Adapun pernyataan Ibnu Asakir bahwa hadits tersebut hadits hasan, mungkin yang dimaksud hasan lafazh maknanya.

Ringkasnya, al-Afriqi ini dinyatakan dha'if oleh mayoritas jumhur pakar hadits, termasuk Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu' III/3 juga Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Arba'una Hadits halaman 24.

Sumber : Silsilah Hadist Dha'if dan Maudhu' Muhammad Nashiruddin al-Albani

0 comments:

Post a Comment

 
Pusat Kajian Hadits © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top