hadits Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
Hadits ini diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalamsunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu’.
Imam at-Tirmidzi menyatakan, “Hadits hasan shahih.” dan adz-Dzahabai berkata, “Shahih.”
Syaikh al-Albani rahimahullah menghukuminya dengan hadits yang hasan karena para ulama berbeda pendapat tentang tentang ‘Âshim bin Abi an-Najûd.
Syaikh al-Albani rahimahullah sendiri dalam Silsilah Ahâdîts ash-Shahîhah menyampaikan jalan periwayatan lainnya selain dari ‘Âshim bin Abi an-Najûd ini dan dari hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu sehingga beliau rahimahullah menyimpulkan bahwa haditsnya adalah shahîh. Lihat Silsilah Ahâdîts ash-Shahîhah 5/281 dan 6/793.
Imam al-Khathabi rahimahullah dalam Ma’âlim as-Sunan (2/136) menjelaskan: Ada dalam atsar bahwa jumlah ayat al-Qur`an menentukan ukuran tangga surganya. Disampaikan kepada para penghafal al-Qur`an, ‘Naiklah ke tangga sesuai dengan yang kamu baca dari al-Qur`ân. Barangsiapa yang menyempurnakan bacaan seluruh al-Qur`ân maka ia mendapatkan tangga surga tertinggi dan siapa yang membaca satu juz darinya maka akan naik ke tangga sesuai ukuran tersebut. Sehingga ujungnya pahala berada pada ujungnya bacaan.”
Pernyataan imam al-Khatthabi ini disampaikan syaikh al-Albani rahimahullah dan dikomentari Syaikh al-Albani rahimahullah dengan pernyataan:
“Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan Shâhibul Qur’ân (orang yang membaca al-Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, ‘Suatu kaum akan diimami oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (al Qur’an).’
Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami oleh banyak orang. Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan al-Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allâh Azza wa Jalla semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. Ingatlah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا
“Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan al Qur’an dengan niat yang jelek).” [HR. Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam 750]. [Lihat keterangan beliau dalam Silsilah Ahâdîts ash-Shahîhah pada hadits no. 2440]
0 comments:
Post a Comment