عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَرَّرٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: عَقَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ مَا بُعِثَ بِالنُّبُوَّةِ "
Dari ‘Abdullah bin Muharrar, dari Qataadah, dari Anas, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengaqiqahi dirinya setelah diutus sebagai nabi” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 7960].
Diriwayatkan juga oleh Ibnul-Madiiniy[1] dalam Al-‘Ilal hal. 53 no. 58, Al-Bazzaar dalam Al-Bahr[2] 13/478-479 no. 7281 dan dalam Kasyful-Astaar[3] 2/74 no. 1237, Ibnu ‘Adiy[4]dalam Al-Kaamil 5/214, Ar-Ruuyaaniy[5] dalam Al-Musnad 2/386 no. 1371, Ibnu Hibbaan[6] dalam Al-Majruuhiin 2/23, dan Al-Baihaqiy[7] dalam Al-Kubraa 9/300 (9/505) no. 19273; semuanya dari jalan ‘Abdullah bin Muharrar, dari Qataadah, dari Anas secaramarfuu’.
Sanad riwayat ini sangat lemah karena faktor ‘Abdullah bin Al-Muharrar (Al-‘Aamiriy Al-Jazriy Al-Harraaniy), seorang yang matruuk [Taqriibut-Tahdziib, hal. 540 no. 3598]. Adapun Qataadah bin Di’aamah adalah seorang yang tsiqah lagi tsabt [Taqriibut-Tahdziib hal. 798 no. 5553].
‘Abdullah bin Muharrar mempunyai mutaba’ah dari :
1.     Ismaa’iil bin Muslim
Sebagaimana dinukil Ibnu Hajar dalam Fathul-Baariy (9/595) dari Abusy-Syaikh. Kami belum mendapati sanad dari Abusy-Syaikh untuk diteliti, akan tetapi Ibnu Hajar berkata bahwa ada kemungkinan Ismaa’iil bin Muslim mencuri hadits dari ‘Abdullah bin Al-Muharrar. Apapun itu, jalur sanad Ismaa’iil bin Muslim ini sama sekali tidak bisa menjadi penguat bagi riwayat Ibnu Muharrar.
2.     ‘Abdullah Al-Jurasyiy.
Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahiin[8] dalam Al-Khaamis minal-Afraad no. 3 : Telah menceritakan kepada kami Al-Qaasim bin Ismaa’iil  Al-Mahaamiliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Ya’quub, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Qataadah Al-Harraaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah Al-Jurasyiy, dari Qataadah, dari Anas secara marfuu’.
Sanad riwayat ini sangat lemah dengan sebab ‘Abdullah bin Waaqid Abu Qataadah Al-Harraaniy, seorang yang matruuk [Taqriibut-Tahdziib, hal. 555 no. 3711].
Qataadah mempunyai mutaba’ah dari Tsumaamah bin ‘Abdillah bin Anas.
Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy[9] dalam Musykiilul-Aatsaar 3/78 no. 1053, Ibnu Abid-Dun-yaa[10] dalam Al-‘Iyaal hal. 208 no. 66, Ath-Thabaraaniy[11] dalam Al-Ausath no. 994, dan Adl-Dliyaa’[12] dalam Al-Mukhtarah 5/204-205 no. 1832-1833; dari tiga jalan (Al-Hasan bin ‘Abdillah, ‘Amru bin Naaqid, dan Ahmad Al-Haitsam bin Jamiil), ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa bin Anas, dari Tsumaamah bin Anas, dari Anas secara marfuu’.
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thahawiy[13] dalam Musykiilul-Aatsaar 3/79 no. 1054 :  Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Nashr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Haitsam bin Jamiil, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa bin Anas bin Maalik, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku seorang laki-laki dari keluarga Anas bin Maalik, dari Anas, kemudian ia menyebutkan semisal hadits sebelumnya.
Sanad riwayat ini lemah ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa, seorang yang shaduuq, namun banyak salah (shaduuq, katsiirul-ghalath) [Taqriibut-Tahdziib, hal. 540 no. 3596]. Adanya perbedaan perantara antara ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa dengan Anas merupakan qarinahjeleknya hapalan ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa.
Ada yang mengatakan bahwa riwayat ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa ini hasan karena ia mengambil riwayat dari pamannya (Tsumaamah bin Anas), dan Al-Bukhaariy berhujjah dengan riwayat mereka dalam kitab Shahiih-nya.
Tahsiin ini tidaklah benar. Sudah ma’ruuf dalam ilmu mushthalah bahwa Al-Bukhaariy meriwayatkan beberapa hadits dalam kitab Shahiih-nya dari beberapa perawi yang lemah. Beliau rahimahullah mencantumkan hadits beberapa perawi lemah tersebut dalam kitabShahiih-nya karena ada qarinah bahwa hadits tersebut shahih/hasan. Selain itu, Al-Bukhaariy berhujjah dengan riwayat ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa dari Tsumaamah hanya dalam mutaba’ah saja, sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar rahimahullah dalam Hadyus-Saariy (1/416). Di kesempatan lain Ibnu Hajar rahimahullah berkata setelah menyebutkan perkataan beberapa ulama kepada ‘Abdullah bin Al-Mutsannaa :
فهذا من الشيوخ الذين إذا انفرد أحدهم بالحديث لم يكن حجة،
“Orang ini termasuk di antara para syaikh yang jika bersendirian dalam periwayatan hadits tidak bisa dipergunakan sebagai hujjah” [Fathul-Baariy, 9/595].
‘Abdullah bin Al-Mutsannaa ini bersendirian dalam periwayatan dari Tsumaamah. Adapun penguat dari jalur Qataadah, maka kualitasnya sangat lemah.
Walhasil, hadits ini dengan keseluruhan jalannya adalah lemah, tidak dapat dipergunakan sebagai hujjah.
Hadits ini telah dilemahkan oleh Al-Baihaqiy, An-Nawawiy, Ibnu Hajar, dan yang lainnya.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ ]

0 comments:

Post a Comment

 
Pusat Kajian Hadits © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top