"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang mukmin, yang tertimpa fitnah, yang banyak bertobat."
Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Zawa'id al-Musnad, dengan nomor 605, dan 810, juga oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah III /178-179, dengan sanad dari Abi Abdillah Musalmali ar-Razi, dari Abi Amr al-Bajali, dari Abdul Malik bin Sufyan ats-Tsaqafi.
Sanad ini maudhu'. Dalam biograftnya, Abu Abdillah ar-Razi tidak dikenal sebagai perawi. Inilah pernyataan Ibnu Hajar. Sedangkan Abu Amr al-Bajali adalah Ubaidah. Ibnu Hibban berkata, "Tidak dibenarkan riwayatnya untuk dijadikan dalil." Kemudian Abdul Malik bin Sufyan telah dinyatakan oleh al-Husaini sebagai perawi majhul (tak dikenal). Pernyataaan al-Husaini dibenarkan oleh al-Iraqi.
Hadits 97
"Sesungguhnya Allah mencintai pemuda yang bertobat."
Hadits ini dha'if. Al-Iraqi berkata dalam at-Takhrij IV/4-5, "Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab at-Taubah dan Abu Syekh dalam kitab ats-Tsawab, dari hadits Anas bin Malik dengan sanad yang dha'if."
Hadits 98
"Sesungguhnya Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya dalam ketaatan kepada Allah."
Sanad hadits ini adalah maudhu' sebab Muhammad bin Fadhl adalah pendusta. Inilah kelemahan hadits ini.
Saya khawatir sanadnya terputus antara Umar bin Abdul Aziz dengan Abdullah bin Umar r.a., sebab pada saat Abdullah bin Umar r.a. wafat, usia Umar bin Abdul Aziz baru sekitar tiga belas tahun.
Hadits 99
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang beribadah dan bersih."
Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam at-Tarikh II/11-12, dari sanad Abdullah bin Ibrahim al-Ghiffari, dari al-Munkadir bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir.
Sanad tersebut adalah maudhu', sebab al-Ghiffari tertuduh suka memalsu riwayat.
Hadits 100
"Kebaikan orang yang banyak berbakti sama dengan kejelekan orang-orang muqarrabin (didekatkan Allah)."
Hadits ini batil dan tidak ada sumbernya. Telah diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya IV/44, dengan redaksi: "Telah berkata orang-orang yang benar dan seterusnya."
As-Subuki berkata, "Tidak diketahui siapakah yang dimaksud oleh al-Ghazali sebagai orang-orang yang benar."
Menurut saya, barangkali al-Ghazali tidak bermaksud menyatakannya sebagai hadits. Karena itu, al-Iraqi tidak menyebutkannya dalam kitabnya Takhriij Ahadits al Ihya, namun hanya mengisyaratkan bahwa pernyataan al-Ghazali itu adalah dari ucapan Abi Said al-Kharaz, seorang sufi.
Menurut hemat saya, makna riwayat tersebut tidak benar, sebab bagaimanapun juga yang namanya kebaikan tidak mungkin akan berubah menjadi kekejian, siapapun yang melakukannya. Hanya saja sesuatu amal akan berbeda hasil dan bentuknya jika si pelaku berbeda. Itu pun dalam hal amal yang mubah (dibolehkan) dan tidak ada pujian ataupun celaan. Wallahu a'lam.
0 comments:
Post a Comment