"Bersumpah dengan nama Allah padahal aku berdusta lebih aku sukai ketimbang bersumpah dengan nama selain Allah, sekalipun aku benar."
Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitabnya al-Haliyyah VII/267, dari sanad Muhammad bin Muawiyah dari Amr bin Ali al-Maqdami dari Mus'ar. Ia berkata, "Muhammad bin Muawiyah telah meriwayatkan secara tunggal. Sedangkan banyak orang yang meriwayatkan secara mauquf."
Hadits 92
"Tiga hal, bila ada pada diri seseorang, maka Allah akan menyebarkan naungan atasnya dan memasukkannya ke dalam surga. (Ketiga hal itu) adalah: belas kasih kepada orang-orang lemah, memelas kepada kedua orang tuanya, dan berbuat baik kepada para budak."
Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Tirmidzi III/316 dari sanad Abdullah bin Ibrahim al-Ghiffari, dari ayahnya dari Abi Bakar bin al-Munkadir, dengan berkata, "Hadist ini gharib."
Menurut saya, Abdullah bin Ibrahim ini oleh Ibnu Hibban telah dinisbatkan kepada golongan perawi tukang palsu riwayat.
Dan al-Hakim pun berkata, "Telah meriwayatkan dari sekelompok perawi dha'if yang tidak diriwayatkan oleh pakar hadits."
Kemudian ayahnya (Abdullah bin Ibrahim) juga dinyatakan majhul (asing) oleh para pakar hadits dan tidak dikenal telah meriwayatkan hadits sahih.
Hadits 93
"Pada hari kiamat nanti, semua manusia berdiri berbaris. Lalu lewatlah seorang dari ahli neraka seraya berkata kepada seseorang, 'Wahai Fulan! Ingatkah ketika engkau meminta air minum, lalu aku memberimu minuman?' Maka ia diberi syafaat. Kemudian ia berkata kepada yang lain, 'Wahai Fulan! Ingatkah engkau ketika aku memberi air suci untuk berwudhu?' Maka ia diberi syafaat Kemudian ia berkata kepada yang lain lagi, 'Wahai Fulan! Ingatkah kau ketika menyuruhku mengerjakan keperluan ini dan keperluan itu kemudian aku mendatangimu memenuhi permintaanmu?' Maka ia diberi syafaat."
Hadits ini dha'if. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/394, dari sanad Yazid ar-Raqasyi. Ibnu Hajar berkata, "Yazid ar-Raqasyi adalah Ibnu Aban yang dikenal dha'ifnya oleh pakar hadits." (at-Taqrib II/50-51).
Hadits 94
"Tali penguat Islam dan tiang-tiang agama ada tiga. Di atasnya berdirilah asas Islam. Barangsiapa meninggalkan salah satunya, ia menjadi kafir dan halal darahnya. (Tiga hal itu) adalah syahadat laa ilaaha illallah, shalat fardhu, dan puasa pada bulan Ramadhan."
Hadits ini dha'if. Telah diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam Musnadnya II/126, juga oleh al-Lalika'i dalam as-Sunnah I/202, dari sanad Muammal bin Ismail dari Hamad bin Zaid dari 'Amr bin Malik an-Nakri dari Abil Jauza dari Ibnu Abbas. Adapun al-Mundziri dengan mengikuti pendapat al-Haitsimi berkata, "Hadits ini sanadnya hasan."
Menurut saya, pendapat yang mengatakan sanadnya hasan itu perlu ditilik kembali, sebab tak seorang pun dan para pakar hadits menganggap Amr bin Malik ini tsiqat, kecuali Ibnu Hibban. Padahal, kita sangat mengenal Ibnu Hibban ini sebagai orang yang sangat gampang mengakui kekuatan rawi. Jadi, dalam hal ini Ibnu Hibban tidak menenteramkan hati. Terlebih Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Tahdzib II/212, mengutip Ibnu Hibban tentang Malik ini sambil berkata, "Banyak salah."
Zahir hadits tersebut tampak sangat bertentangan dengan hadits sahih yang telah disepakati seluruh pakar hadits akan kesahihannya yaitu bahwa Islam dibangun atas lima dasar. Jadi, kelemahan riwayat di atas dapat terlihat dan dua hal.
- Hadits yang sahib menyatakan rukun Islam ada lima, sedangkan menurut hadits di atas hanya ada tiga.
- Hadits yang sahih tidak menyebutkan siapa saja yang meninggalkan salah satu rukunnya dikategorikan sebagai orang kafir, sedang hadits di atas menyatakan kafir orang yang meninggalkan salah satu dari tiga rukun tersebut.
"Orang yang bertobat adalah kecintaan Allah."
Riwayat dengan lafazh (matan) yang demikian ini tidak ada sumbernya. Telah diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin IV/434, dengan nada memastikan nisbatnya kepada Rasulullah saw.
Syekh as-Subuki dalam kitab at-Thabaqat IV/170, menyatakan, "Saya tidak menjumpai sanadnya."
0 comments:
Post a Comment