عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِي قَالَ: كَنَتْ لِيْ جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِيْ قِبَلَ أُحُدٍ وَلْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيْبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِيْ آدَمَ آسِفُ كَمَا يَأْسَفُوْنَ لَكِنِّيْ صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ- فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا؟ قَالَ ائْتِنِيْ بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللهُ؟ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا؟ قَالَتْ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
Dari Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamy –radhiyallahu‘anhu- beliau berkata: “Saya mempunyai seorang budak perempuan yang mengembalakan kambing-kambingku di arah gunung Uhud dan Al Jawwaniyyah (sebelah utara Madinah). Maka suatu hari (ketika) saya mengontrol ternyata seekor serigala telah membawa (memangsa) seekor kambingku –dan saya adalah seorang lelaki dari anak Adam- sayapun marah sebagaimana (umumnya) anak Adam. Tetapi saya memukulnya dengan sekali pukulan. Lalu saya mendatangi Nabi –shallallahu’alayhi wa ‘ala alihi wa sallam-. Maka beliau menganggap besar hal tersebut atasku, saya berkata: ‘Wahai Rasulullah, bolehkah saya memerdekakan dia?’ Rasulullah menjawab: ‘Datangkanlah dia’. Maka saya mendatangkannya. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya: ‘Dimana Allah?’ Dia menjawab: ‘Di atas langit’. Dan beliau bertanya (lagi): ‘Siapakah aku?’ Dia menjawab: ‘Engkau adalah Rasulullah’. Kemudian beliau bersabda: ‘Merdekakanlah dia karena sesungguhnya dia adalah seorang yang mukminah’.”(HR. Muslim no. 537)

Beberapa Hukum dan Faidah Berkaitan dengan Hadits
Imam Al Hafidz Ad Darimy (wafat 280 H) menyebutkan beberapa faedah dari hadits diatas, diantaranya:
  1. Dalam hadits ini ada dalil yang menunjukkan bahwa seseorang jika dia tidak tahu bahwasanya Allah -‘Azza wa Jalla- ada diatas langit bukan di bumi maka tidaklah ia dikatakan beriman. Tidakkah kamu perhatikan bahwasanya Rasulullah –Shallallahu’alayhi wa sallam- menjadikan tanda keimanan budak tersebut dengan pengetahuannya bahwasanya Allah berada diatas langit.
  2. Dan sabda beliau: “Dimana Allah?” membongkar kebodohan orang yang mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana. Karena sesuatu yang ada disemua tempat mustahil untuk dikatakan “di mana dia?”. Dan tidak dikatakan “dimana” kecuali pada sesuatu yang berada di tempat tertentu.
  3. Seandainya Allah ada di mana-mana sebagaimana yang disangka oleh orang-orang yang menyimpang, maka pasti Rasulullah –Shallallahu’alayhi wa sallam- akan mengingkari ucapan budak perempuan tersebut, tapi Rasulullah justru membenarkanya dan mempersaksikan keimanannya.
  4. Dan seandainya Allah ada di bumi sebagaimana Allah berada di langit, maka tidaklah sempurna keimanan budak perempuan tersebut sampai dia mengetahui bahwa Allah berada di bumi sebagaimana dia mengetahui bahwa Allah berada di atas langit.
  5. Ketika ‘Abdullah ibnul Mubarak ditanya: “Bagaimana kita mengenal Rabb kita?” beliau menjawab “Bahwasanya Allah berada di atas langit yang ketujuh di atas ‘Arsy berpisah dari makhluk-Nya.”
  6. Dan ini sangat sesuai dengan pertanyaan Rasulullah –Shallallahu’alayhi wa sallam- kepada budak wanita tersebut: “Dimana Allah?” Nabi menguji keimanannya dengan pertanyaan tersebut. Maka tatkala dia menjawab: “Di atas Langit”, Rasulullah –Shallallahu’alayhi wa sallam- bersabda: “Merdekakanlah dia karena sesungguhnya dia adalah seorang mukminah.” (Ar Radd ‘Alal Jahmiyah hal 64-67, tahqiq Badr al Badr)
  7. Berkata Imam Abu Muhammad Al Juwiny Asy Syafi’iy (wafat 438 H): “Sabda Rasulullah –Shallallahu’alayhi wa sallam- dalam hadits yang shahih (hadits di atas –pent.) kepada budak perempuan: ‘Di mana Allah?’ dia menjawab: ‘Di atas langit’. Dan beliau tidak mengingkari budak tersebut dihadapan para sahabatnya supaya tidak timbul anggapan yang menyelisihi jawaban tersebut, bahkan Nabi –shallallahu’alayhi wa ‘ala alihi wa sallam- menetapkannya dan bersabda ‘Merdekakanlah dia karena sesungguhnya dia adalah seorang mukminah’.” (Lihat Majmu’atur Rasail Al Muniriyah 1/176)
  8. Berkata Imam Adz Dzahaby (wafat 748 H) “Hadits ini adalah hadits yang shahih dikeluarkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i dan Imam-Imam lainnya dalam karya-karya mereka. Mereka memahami apa adanya tanpa tawil(memalingkan dari makna sebenarnya tanpa dalil –pent.) dan tidak pula merubah-rubah. Dan demikianlah kami melihat, semua orang yang ditanya ‘Dimana Allah?’ maka akan menjawab dengan tepat sesuai dengan fithrahnya bahwasanya Allah berada di atas langit.
Dalam hadits ini ada dua perkara yang penting:
  1. Disyariatkannya ucapan seorang muslim untuk bertanya: “Dimana Allah?”
  2. Disyariatkan jawaban yang ditanya: “Diatas langit”
Maka siapa yang mengingkari kedua perkara ini maka sesungguhnya dia mengingkari Al Musthofa –Shallallahu’alayhi wa sallam-. (Lihat Mukhtashar Al ‘Uluw hal 81)

0 comments:

Post a Comment

 
Pusat Kajian Hadits © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top