Subulus Salam Syarah Bulughul Maram No.0064-67

<div class="sub-body"> <div class="inner"> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <b><span class="s18" lang="AR-SA" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">64 - وَعَنْ عَائِشَةَ: «أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَبَّلَ بَعْضَ نِسَائِهِ، ثُمَّ خَرَجَ إلَى الصَّلَاةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ» ، أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَضَعَّفَهُ الْبُخَارِيُّ</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">64. Dari Aisyah , “Bahwa Nabi mencium salah seorang istrinya kemudian keluar shalat dan tidak berwudhu.” (HR. Ahmad dan didha'ifkan oleh Al Bukhari)</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>[Shahih: Abu Daud 208]</b><span class="s24" dir="rtl" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span></div> <div class="MsoNormal s4" dir="rtl" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s47" lang="AR-SA">ـــــــــــــــــــــــــــــ</span></b><b><span class="s6" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal s8" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s48" dir="rtl" lang="AR-SA">[سبل السلام]</span></b><span class="s20"><o:p></o:p></span></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Tafsir Hadits</b><span class="s19" dir="rtl" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa'i dan Ibnu Majah.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">At Tirmidzi berkata, “Saya mendengar Muhammad bin Ismail mendha'ifkan hadits ini.” dan Abu Daud mengeluarkannya dari jalan Ibrahim At Taimi dari Aisyah , sementara ia tidak mendengar sesuatu darinya maka hadits tersebut adalah <i>mursal</i>. An Nasa'i berkata, “Dalam bab ini tidak ada hadits yang lebih baik darinya, akan tetapi hadits tersebut mursal.” Penulis berkata, “Diriwayatkan sepuluh jalur dari Aisyah , disebutkan oleh Al Baihaqi dalam <i>Al Khilafiyat</i> lalu ia mendha'ifkannya.” Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada sedikit pun yang shahih dalam bab ini, meskipun shahih, maka hal itu berlaku untuk sentuhan yang terjadi sebelum turunya perintah wudhu.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika hal ini telah Anda ketahui, maka hadits tersebut adalah dalil bahwa menyentuh dan mencium perempuan tidak membatalkan wudhu, dan inilah hukum dasarnya. Hadits tersebut menetapkan hukum asalnya, dan inilah yang dipegang oleh Ahlul Bait semuanya, dan dari kalangan shahabat adalah Ali .</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asy-Syafi'iyah berpendapat bahwa menyentuh perempuan yang haram dinikahi membatalkan wudhu, berdasarkan firman Allah :</span></div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>{أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ}</span></b></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“.... <i>atau menyentuh perempuan</i>...” (QS. Al-Maidah [5]: 6), maka wajib berwudhu lantaran menyentuh perempuan.  Mereka berkata, ‘Kata <i>al lams</i> hakikatnya menyentuh dengan tangan, makna ini dikuatkan oleh bacaan <i>‘aw lamastumunnisaa</i>’, ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa hanya dengan sentuhan laki-laki tanpa sentuhan perempuan. Ini menegaskan bahwa lafazh tersebut tetap pada makna sebenarnya. Bacaan ‘<i>au lamastum’</i>, demikian pula karena pada dasarnya kedua bacaan itu sama maknanya.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pendapat tersebut dapat dijawab dengan memalingkan makna sebenarnya, yaitu dengan adanya indikasi (qarinah), sehingga dapat dipahami secara majaz, yaitu bahwa makna <i>al mulasamah</i> di sini adalah jima’, demikian pula <i>al-lamas</i>. Qarinahnya adalah hadits Aisyah yang telah disebutkan. Meskipun terdapat cela sebagaimana yang telah Anda dengar, akan tetapi masing-masing jalannya menguatkan satu dengan lainnya.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits Aisyah dalam <i>Al Bukhari</i> bahwa ia pernah tidur terlentang pada kiblat (tempat shalat) Rasulullah . maka jika berdiri shalat, beliau merabanya lalu memegang kedua kakinya, yaitu ketika beliau sujud, dan jika beliau berdiri Aisyah membentangkan keduanya. Ini menguatkan hadits tersebut dan menguatkan tetapnya pada makna asal, serta menunjukkan bahwa bukan menyentuh (biasa) seperti itu yang membatalkan wudhu.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adapun alasan penulis dalam <i>Fathul Bari</i> tentang hadits Aisyah ini bahwa sangat boleh jadi hal itu beliau lakukan dengan kain penghalang, atau hukumnya khusus baginya, maka hal itu sangat jauh dan bertentangan dengan zhahir hadits.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ali menafsirkan <i>Al mulasamah</i> dengan jima, dan juga ditafsirkan oleh Ibnu Abbas, dialah yang didoakan agar diajarkan ta’wil oleh Allah. Abdun bin Humaid meriwayatkan darinya bahwa dia menafsirkan <i>mulasamah</i> setelah meletakkan kedua jari pada telinganya, ‘Ketahuilah, yaitu bersetubuh’. Dan diriwayatkan darinya oleh Ath Thastisy bahwa ia di atasnya oleh Nafi bin al Azraq tentang ‘<i>mulasamah’</i>, maka ia menafsirkan dengan jima.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di samping itu, susunan ayat dan uslubnya menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan <i>mulasamah</i> adalah jima. Karena Allah menyebutkan bahwa di antara yang membolehkan tayamum adalah kembali dari buang air besar, untuk menegaskan atas hadat kecil, dan menyebutkan <i>al mulasamah</i> untuk menegaskan atas hadats besar. Hal tersebut sepadan dengan firman Allah mengenai perintah mencuci dengan air:</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>{وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا}</span></b></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></i></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>“Dan jika kamu junub maka mandilah</i>...” (QS. Al-Maidah [5]: 6)</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seandainya <i>mulasamah</i> dipahami dengan sentuhan yang membatalkan wudhu, niscaya akan hilang penegasan bahwa tanah dapat menggantikan air dalam menghilangkan hadats besar, dan bertentangan dengan awal ayat, dan Al Hanafiyah memiliki keterangan rinci yang tidak dapat dijadikan sebagai dalil.</span><br /> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">=====================</span><br /> <div style="text-align: justify;"> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: justify;"> <img alt="📜" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/1f4dc.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" /> Kandungan hadits :</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: justify;"> <img alt="1⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/31-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Teks hadits membuktikan bahwa mencium dan menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu. Hadits itu memperkuat hukum asal yang menetapkan bahwa pada dasarnya segalanya tidak membatalkan wudhu ( kecuali ada dalil yang membuktikan sebaiknya ).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <img alt="2⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/32-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Namun hadits ini bertentangan dengan kata ” laamastum ” dalam firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 43.</div> <div style="text-align: justify;"> Kata lams pada hakikatnya itu berarti menyentuh dengan tangan, meskipun dapat diartikan jima’ ( bersetubuh ) sementara jika berdasarkan bacaan ” lamastum ” maka dhohirnya adalah menyentuh dengan tangan. Kedua bacaan tersebut yaitu laamastum dan lamastum diakui oleh para ulama.</div> <br /> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <img alt="3⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/33-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Yang terbaik adalah menempatkan hadits di atas untuk mencium yang tidak diiringi dengan syahwat, yaitu semacam ciuman kasih sayang. Sementara sekedar bersentuhan dengan wanita tidak membatalkan wudhu berdasarkan kisah Aisyah yang berada melintang didepan nabi saat beliau shalat, beliau meraba-raba kedua kaki Aisyah agar menggesernya.</div> <div style="text-align: justify;"> Pada dasarnya, menyentuh wanita itu tidak membatalkan, namun ia menjadi dugaan kuat munculnya syahwat. Dengan demikian, sekedar bersentuhan normal tanpa syahwat tetap pada hukum asal, yaitu tidak membatalkan.</div> <br /> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: justify;"> <img alt="4⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/34-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Kalaupun diasumsikan hadits diatas berlaku apa adanya, maka hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah karena ia lemah. Bukhari melemahkan hadits tersebut. Para penyusun kitab sunnan juga mengatakan hadits itu mempunyai cacat.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> =============================</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fawaid hadits:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Menyentuh wanita tidak membatalkan wudlu.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Ulama yang menganggap batal berhujjah dengan qiro’at: “au lamastumunnisaa”. Artinya atau kamu memegang wanita. Namun ibnu Abbas menafsirkan bahwa maknanya adalah bersetubuh. Dan penafsiran ibnu Abbas ini yang hendaknya diambil, agar tidak bertabrakan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam .</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Indahnya akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mempergauli istri-istrinya.</span></div> </div> <div class="sub-title" empty=""> <h3 class="heading-fix" style="text-align: justify;"> <span class="sub-title-inner collapsable expanded ui-state-active" jquery17104099535116437267="10" style="cursor: pointer; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://www.blogger.com/null" name="73"></a>=====================</span></h3> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div> <div class="sub-body"> <div class="inner"> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s18" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>65 - وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «إذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا، فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ: أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ، أَمْ لَا؟ فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا» أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.</span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">65. Dari Abu Hurairah ia berkata, ‘Rasulullah bersabda, “<i>Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan sesuatu dalam perutnya, lalu membuatnya ragu, apakah telah keluar sesuatu darinya ataukah tidak? Maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid hingga ia mendengar suara atau mencium bau</i>.” (HR. Muslim)</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>[Shahih: Muslim 362]</b><span class="s24" dir="rtl" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span></div> <div class="MsoNormal s4" dir="rtl" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s47" lang="AR-SA">ـــــــــــــــــــــــــــــ</span></b><b><span class="s6" dir="ltr"><o:p></o:p></span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal s8" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s48" dir="rtl" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>[سبل السلام]</span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tafsir Hadits</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mendengar suara dan mencium bau bukanlah syarat dalam hal tersebut, akan tetapi yang dimaksudkan adalah adanya keyakinan.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits yang mulia ini adalah salah satu kaidah ushul dan kaidah fikih yang sangat mulia, yang menunjukkan bahwa segala sesuatu dihukumi atas tetapnya pada hukum asalnya hingga terjadi keyakinan yang menyelisihinya, dan bahwa tidak ada pengaruh keraguan yang mencampurinya. Barangsiapa yang ragu atau mengira bahwa ia berhadats, sementara ia yakin bahwa ia masih suci, maka hal itu tidak merusak shalatnya hingga ia yakin, sebagaimana yang ditegaskan sabda beliau, ‘<i>hingga ia mendengar suara atau mencium bau</i>.’ Karena sesungguhnya beliau mengaitkannya dengan terjadinya yang dapat diindera. Menyebutkan keduanya hanyalah sebagai misal, jika tidak maka demikianlah semua hal-hal yang membatalkan wudhu, seperti madzi dan wadi, dan akan datang hadits Ibnu Abbas: “<i>Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang kamu pada pantatnya, lalu ia mengkhayalkan kepadanya</i> <i>bahwa ia telah berhadats padahal ia tidak berhadats, maka janganlah ia berpaling hingga ia mendengar suara atau mendapatkan bau</i>.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits tersebut umum, baik bagi yang sedang shalat maupun yang tidak, ini adalah pendapat jumhur, sedang Al Malikiyah memiliki rincian dan perbedaan antara orang-orang yang sedang shalat dengan yang di luar shalat, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai dalil. </span></div> <div class="MsoNormal"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">=======================</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fawaid hadits:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Hadits ini menunjukkan kepada sebuah kaidah besar yaitu: Al Yaqin laa yazuulu bisyakk “Yang yaqin tidak boleh kalah oleh keraguan”. Karena yang diragukan adalah apakah keluar angin atau tidak, sedangkan yang yaqin adalah ia masih di atas kesucian. Maka keraguan itu hendaknya dibuang.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Buang angin membatalkan wudlu.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Haramnya keluar dari shalat tanpa sebab yang kuat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Al Khathabi berkata, “Hadits ini menjadi hujjah untuk orang yang mewajibkan hadd atas orang yang tercium dari mulutnya bau arak”.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">=============</span><br /> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="📜" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/1f4dc.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" /> Kandungan hadits :</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="1⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/31-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Hadits ini merupakan salah satu kaidah :</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> اليقين لا يزول بالشّك</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> ” Suatu keyakinan tidak dapat hilang sebab adanya keraguan ”</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="2⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/32-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Hadits ini merupakan dasar Islam dan kaidah fiqih yang amat penting. Yaitu bahwa suatu perkara dihukumi tetap pada asalnya sehingga diyakini sebaliknya. Keraguan yang muncul tidak mampu membatalkannya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="3⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/33-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Akal normal mengakui kebenaran kaidah tersebut, karena keyakinan lebih kuat daripada keraguan, sebab keyakinan dibangun atas hukum qath’i ( pasti ). Sehingga tidak dapat roboh hanya karena adanya keraguan.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="4⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/34-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Jika muncul bayangan keraguan pada diri seseorang, bahwa apakah sesuatu yang membatalkan wudhu telah keluar dari tubuhnya atau tidak, maka ia tetap dalam kondisi suci. Wudhunya tidak batal. Ia tidak perlu membatalkan shalatnya hingga ia yakin bahwa sesuatu itu benar-benar telah keluar, karena keyakinan tidak dapat dihilangkan hanya oleh keraguan.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="5⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/35-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Angin yang keluar dari dubur, baik disertai dengan suara maupun tidak, membatalkan wudhu.</div> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br /> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-family: Ubuntu, Tahoma, Arial; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em; text-align: start;"> <img alt="6⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/11/svg/36-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Dilarang membatalkan shalat tanpa sebab yang jelas.</div> </div> </div> <div class="MsoNormal"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">==============================</span></div> </div> <div class="MsoNormal"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> </div> <div class="MsoNormal"> </div> <div class="sub-body"> <div class="inner"> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s18" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>66 - وَعَنْ طَلْقِ بْنِ عَلِيٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: «قَالَ رَجُلٌ مَسِسْت ذَكَرِي، أَوْ قَالَ: الرَّجُلُ يَمَسُّ ذَكَرَهُ فِي الصَّلَاةِ، أَعَلَيْهِ الْوُضُوءُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَا، إنَّمَا هُوَ بَضْعَةٌ مِنْك» أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ، وَقَالَ ابْنُ الْمَدِينِيِّ: هُوَ أَحْسَنُ مِنْ حَدِيثِ بُسْرَةَ</span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">66. Dari Thalq bin Ali , ia berkata, “Seorang laki-laki berkata, ‘Aku menyentuh kemaluanku’, atau ia berkata, ‘Seorang yang menyentuh kemaluannya dalam shalat, apakah ia wajib berwudhu?” maka Nabi menjawab, “<i>Tidak, ia hanyalah bagian dari anggota badanmu.</i>” (HR. imam yang lima, dan dishahihkan Ibnu Hibban, dan Ibnu Al Madini berkata, Hadits ini lebih kuat dari hadits Busrah)</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Shahih: At Tirmidzi 85]<o:p></o:p></span></b></div> <div class="MsoNormal s4" dir="rtl" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s47" lang="AR-SA">ـــــــــــــــــــــــــــــ</span></b><b><span class="s6" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal s8" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s48" dir="rtl" lang="AR-SA">[سبل السلام]</span></b><b><span class="s48"><o:p></o:p></span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Biografi Perawi</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Madini dinisbatkan kepada kakeknya, jika tidak berarti dia adalah Ibnu Ali bin Abdullah. Adz Dzahabi berkata, “Ia adalah seorang Hafizh pada masanya, teladan dalam bidang ini. namanya adalah Abu Al Hasan Ali bin Abdullah dan memiliki berbagai karya ilmiah. Lahir tahun 161 dan di antara murid-muridnya adalah Al Bukhari dan Abu Daud.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ibnu Mahdi berkata, “Ali bin al Madini adalah orang yang paling tahu mengenai hadits Rasulullah .” An Nasa'i berkata, “seolah-olah Ali al Madini memang diciptakan untuk ilmu ini.’ An Nawawi berkata, “Ali Al Madini memiliki sekitar 100 karya ilmiah.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penjelasan Kalimat</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="s21">Aku menyentuh kemaluanku’, atau ia berkata, ‘Seorang yang menyentuh kemaluannya dalam shalat, apakah ia wajib berwudhu?” maka Nabi menjawab, “<i>Tidak,</i></span><i> </i>(artinya tidak wajib berwudhu<span class="s21">) <i> ia hanyalah </i></span>(yaitu kemaluan tersebut) <i>bagian dari anggota badanmu.</i><span class="s21">”(</span>yaitu sama dengan tangan, kaki dan yang lainnya, dan telah diketahui bahwa tidak perlu berwudhu lagi, bagi yang menyentuh anggota badannya).</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tafsir Hadits</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ad Daruquthni. Ath Thahawi berkata, “Isnadnya lurus dan tidak goncang” dan dishahihkan oleh At Thabrani dan Ibnu Hazm, tetapi didha'ifkan oleh Asy-Syafi'i, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Al Bazzar, Ad Daruquthni, Al Baihaqi dan Ibnu Al Jauzi.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits tersebut adalah dalil bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu, pendapat ini diriwayatkan oleh Ali , Al Hadawiyah, dan Al Hanafiyah. Sekelompok shahabat dan tabiin berpendapat bahwa menyentuh kemaluan membatalkan wudhu, dan dari kalangan imam mazhab adalah imam Ahmad dan imam Asy-Syafi'i, berdasarkan hadits berikut:</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div> <div class="sub-body"> <div class="inner"> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s18" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>67 - وَعَنْ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ» أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ، وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ، وَقَالَ الْبُخَارِيُّ: هُوَ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ</span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">67. Dari Busrah binti Shafwan bahwa Rasulullah bersabda, <i>“Barangsiapa menyentuh kemaluannya, maka hendaklah ia berwudhu.”</i> (HR. Imam yang lima, dishahihkan At Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Al Bukhari berkata, “Hadits tersebut paling shahih dalam bab ini)</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Shahih: Abu Daud 181 dan At Tirmidzi 82]<o:p></o:p></span></b></div> <div class="MsoNormal s4" dir="rtl" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s47" lang="AR-SA">ـــــــــــــــــــــــــــــ</span></b><b><span class="s6" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal s8" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <b><span class="s48" dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[سبل السلام]</span></b></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Biografi Perawi</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Busrah, adalah putri Shafwan bin Naufal Al Quraisyiah al Asadiyah. Termasuk di antara yang berbaian kepada Rasulullah .</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tafsir Hadits</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits ini juga dikeluarkan oleh Asy-Syafi'i, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu Jarud. Ad Daruquthni berkata, “Shahih dan tsabit.”, dan dishahihkan oleh Yahya bin Ma’in, Al Baihaqi dan Al Hazimi.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cacat yang ada padanya adalah bahwa ia diriwayatkan oleh Urwah dari Marwan dan dari seorang laki-laki yang tidak diketahui identitasnya, hal ini tidak benar karena telah ditegaskan bahwa Urwah telah mendengarnya dari Busrah tanpa perantara, sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu Khuzaimah dan yang lainnya dari para imam hadits. Demikian pula cacat yang terdapat padanya bahwa Hisyam bin Urwah perawi hadits tersebut dari ayahnya tidak mendengarnya dari ayahnya. Ini pun tidak benar, karena telah ditegaskan bahwa ia mendengar dari ayahnya, maka celaan tersebut dapat terbantahkan dan hadits tersebut shahih.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits tersebut dijadikan dalil oleh sekelompok shahabat dan tabiin, Imam Ahmad dan Imam Asy-Syafi'i bahwa menyentuh kemaluan membatalkan wudhu. Maksudnya adalah menyentuh tanpa penghalang karena diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Abu Hurairah:</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>«إذَا أَفْضَى أَحَدُكُمْ بِيَدِهِ إلَى فَرْجِهِ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ وَلَا سِتْرٌ فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ»</span></b></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“<i>Apabila salah seorang dari kalian menyentuhkan tangannya kepada kemaluannya, yang tidak terdapat penghalang dan penutup di antaranya, maka wajib baginya wudhu</i>.” ^{<span class="s30">[1]</span>}</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> ^{<span class="s30" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>}</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dishahihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Abdil Barr. Ibnu As Sakan berkata, hadits ini paling baik yang diriwayatkan dalam bab ini.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asy-Syafi'iyah berdalil bahwa yang dimaksud dengan <i>ifdha</i> adalah dengan menyentuhkan telapak tangan bagian dalam, dan tidak batal jika menyentuh kemaluan dengan bagian luar telapak tangan. Para peneliti menjawabnya bahwa <i>ifdha</i> menurut bahasa adalah sampai, lebih umum daripada hanya bagian luar atau bagian dalam telapak tangan. Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada dalil atas apa yang mereka katakan, baik dari Al Qur'an, Sunnah, ijma, perkataan shahabat dan qiyas, bahkan tidak ada pendapat yang shahih.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits Busrah diperkuat oleh hadits-hadits lainnya dari 17 orang shahabat, yang disebutkan dalam buku-buku hadits, di antara adalah Thalq bin Ali perawi yang meriwayatkan hadits bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu. Juga diriwayatkan darinya bahwa hal itu membatalkan wudhu. Bagi yang menyebutkan hadits bahwa hal itu tidak membatalkan wudhu memahami bahwa hadits itu datang lebih dulu. Karena ia datang pada awal hijrah sebelum Rasulullah SAW memakmurkan masjidnya, maka haditsnya mansukh dengan hadits Busrah, karena ia masuk Islam belakangan.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang lebih baik dari <i>naskh</i> adalah pendapat mengenai <i>tarjih</i>, karena hadits Busrah lebih kuat, lantaran banyaknya para imam yang menshahihkannya dan banyaknya <i>syahid</i>nya. Dan karena Busrah menceritakannya di negeri kaum Muhajirin dan Anshar yang jumlah mereka cukup banyak dan tidak ada seorang pun yang membantahnya. Bahkan kami mengetahui bahwa sebagian mereka cenderung kepadanya, dan ini yang dipegang oleh Urwah dalam riwayatnya, sebab ia kembali kepada pendapat tersebut, walaupun sebelumnya ia membantahnya. Ibnu Umar juga meriwayatkan darinya serta ia senantiasa berwudhu jika menyentuh kemaluannya, hingga meninggal dunia.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Baihaqi berkata, “Hadits Busrah menjadi lebih kuat dari hadits Thalq bin Ali karena kedua penulis kitab <i>shahih</i> tidak meriwayatkan hadits Thalq, dan keduanya tidak berhujjah dengan seorang pun perawinya. Sebaliknya, keduanya berhujjah dengan para perawi hadits Busrah, kemudian hadits Thalq termasuk di antara riwayat Qias bin Thalq. Asy-Syafi'i berkata “Kami telah bertanya tentang Qias bin Thalq, dan tidak ada seorang pun yang mengenalnya, sehingga kami tidak menerima khabar yang disampaikannya.” Abu Hatim dan Abu Zur’ah berkata, “Qais bin Thalq tidak termasuk yang dapat dijadikan hujjah, keduanya menganggapnya lemah.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adapun Malik, karena menurutnya kedua hadits tersebut bertentangan, maka ia berpendapat bahwa menyentuh kemaluan harus berwudhu, hukumnya sunnah bukan wajib.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">______________</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s30" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[1] [Shahih Ibnu Hibban 1118, Ta’liq Al-Albani: Shahih: Al Mawarid 210, Ash Shahihah 1235 –ebook editor]</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s30" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div> <div class="sub-body"> <div class="inner"> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s18" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>67 - وَعَنْ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ» أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ، وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ، وَقَالَ الْبُخَارِيُّ: هُوَ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ</span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">67. Dari Busrah binti Shafwan bahwa Rasulullah bersabda, <i>“Barangsiapa menyentuh kemaluannya, maka hendaklah ia berwudhu.”</i> (HR. Imam yang lima, dishahihkan At Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Al Bukhari berkata, “Hadits tersebut paling shahih dalam bab ini)</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Shahih: Abu Daud 181 dan At Tirmidzi 82]<o:p></o:p></span></b></div> <div class="MsoNormal s4" dir="rtl" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span class="s47" lang="AR-SA">ـــــــــــــــــــــــــــــ</span></b><b><span class="s6" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></b></span></div> </div> <div class="MsoNormal s8" style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <b><span class="s48" dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[سبل السلام]</span></b></div> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Biografi Perawi</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Busrah, adalah putri Shafwan bin Naufal Al Quraisyiah al Asadiyah. Termasuk di antara yang berbaian kepada Rasulullah .</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tafsir Hadits</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits ini juga dikeluarkan oleh Asy-Syafi'i, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu Jarud. Ad Daruquthni berkata, “Shahih dan tsabit.”, dan dishahihkan oleh Yahya bin Ma’in, Al Baihaqi dan Al Hazimi.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cacat yang ada padanya adalah bahwa ia diriwayatkan oleh Urwah dari Marwan dan dari seorang laki-laki yang tidak diketahui identitasnya, hal ini tidak benar karena telah ditegaskan bahwa Urwah telah mendengarnya dari Busrah tanpa perantara, sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu Khuzaimah dan yang lainnya dari para imam hadits. Demikian pula cacat yang terdapat padanya bahwa Hisyam bin Urwah perawi hadits tersebut dari ayahnya tidak mendengarnya dari ayahnya. Ini pun tidak benar, karena telah ditegaskan bahwa ia mendengar dari ayahnya, maka celaan tersebut dapat terbantahkan dan hadits tersebut shahih.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits tersebut dijadikan dalil oleh sekelompok shahabat dan tabiin, Imam Ahmad dan Imam Asy-Syafi'i bahwa menyentuh kemaluan membatalkan wudhu. Maksudnya adalah menyentuh tanpa penghalang karena diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Abu Hurairah:</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>«إذَا أَفْضَى أَحَدُكُمْ بِيَدِهِ إلَى فَرْجِهِ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ وَلَا سِتْرٌ فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ»</span></b></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“<i>Apabila salah seorang dari kalian menyentuhkan tangannya kepada kemaluannya, yang tidak terdapat penghalang dan penutup di antaranya, maka wajib baginya wudhu</i>.” ^{<span class="s30">[1]</span>}</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dishahihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Abdil Barr. Ibnu As Sakan berkata, hadits ini paling baik yang diriwayatkan dalam bab ini.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asy-Syafi'iyah berdalil bahwa yang dimaksud dengan <i>ifdha</i> adalah dengan menyentuhkan telapak tangan bagian dalam, dan tidak batal jika menyentuh kemaluan dengan bagian luar telapak tangan. Para peneliti menjawabnya bahwa <i>ifdha</i> menurut bahasa adalah sampai, lebih umum daripada hanya bagian luar atau bagian dalam telapak tangan. Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada dalil atas apa yang mereka katakan, baik dari Al Qur'an, Sunnah, ijma, perkataan shahabat dan qiyas, bahkan tidak ada pendapat yang shahih.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadits Busrah diperkuat oleh hadits-hadits lainnya dari 17 orang shahabat, yang disebutkan dalam buku-buku hadits, di antara adalah Thalq bin Ali perawi yang meriwayatkan hadits bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu. Juga diriwayatkan darinya bahwa hal itu membatalkan wudhu. Bagi yang menyebutkan hadits bahwa hal itu tidak membatalkan wudhu memahami bahwa hadits itu datang lebih dulu. Karena ia datang pada awal hijrah sebelum Rasulullah memakmurkan masjidnya, maka haditsnya mansukh dengan hadits Busrah, karena ia masuk Islam belakangan.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang lebih baik dari <i>naskh</i> adalah pendapat mengenai <i>tarjih</i>, karena hadits Busrah lebih kuat, lantaran banyaknya para imam yang menshahihkannya dan banyaknya <i>syahid</i>nya. Dan karena Busrah menceritakannya di negeri kaum Muhajirin dan Anshar yang jumlah mereka cukup banyak dan tidak ada seorang pun yang membantahnya. Bahkan kami mengetahui bahwa sebagian mereka cenderung kepadanya, dan ini yang dipegang oleh Urwah dalam riwayatnya, sebab ia kembali kepada pendapat tersebut, walaupun sebelumnya ia membantahnya. Ibnu Umar juga meriwayatkan darinya serta ia senantiasa berwudhu jika menyentuh kemaluannya, hingga meninggal dunia.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Baihaqi berkata, “Hadits Busrah menjadi lebih kuat dari hadits Thalq bin Ali karena kedua penulis kitab <i>shahih</i> tidak meriwayatkan hadits Thalq, dan keduanya tidak berhujjah dengan seorang pun perawinya. Sebaliknya, keduanya berhujjah dengan para perawi hadits Busrah, kemudian hadits Thalq termasuk di antara riwayat Qias bin Thalq. Asy-Syafi'i berkata “Kami telah bertanya tentang Qias bin Thalq, dan tidak ada seorang pun yang mengenalnya, sehingga kami tidak menerima khabar yang disampaikannya.” Abu Hatim dan Abu Zur’ah berkata, “Qais bin Thalq tidak termasuk yang dapat dijadikan hujjah, keduanya menganggapnya lemah.”</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adapun Malik, karena menurutnya kedua hadits tersebut bertentangan, maka ia berpendapat bahwa menyentuh kemaluan harus berwudhu, hukumnya sunnah bukan wajib.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">______________</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s30" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[1] [Shahih Ibnu Hibban 1118, Ta’liq Al-Albani: Shahih: Al Mawarid 210, Ash Shahihah 1235 –ebook editor]</span><br /> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="s30"><br /></span> <span class="s30">======================</span></span><br /> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="s30"><br /></span> <span style="color: blue;"></span></span><br /> <div style="text-align: justify;"> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="📜" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/2.3/svg/1f4dc.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" /> Kandungan hadits No 64:</span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="1⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/2.3/svg/31-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Teks hadits membuktikan bahwa mencium dan menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu. Hadits itu memperkuat hukum asal yang menetapkan bahwa pada dasarnya segalanya tidak membatalkan wudhu ( kecuali ada dalil yang membuktikan sebaiknya ).</span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="2⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/2.3/svg/32-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Namun hadits ini bertentangan dengan kata ” laamastum ” dalam firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 43.</span><br /> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kata lams pada hakikatnya itu berarti menyentuh dengan tangan, meskipun dapat diartikan jima’ ( bersetubuh ) sementara jika berdasarkan bacaan ” lamastum ” maka dhohirnya adalah menyentuh dengan tangan. Kedua bacaan tersebut yaitu laamastum dan lamastum diakui oleh para ulama.</span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="3⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/2.3/svg/33-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Yang terbaik adalah menempatkan hadits di atas untuk mencium yang tidak diiringi dengan syahwat, yaitu semacam ciuman kasih sayang. Sementara sekedar bersentuhan dengan wanita tidak membatalkan wudhu berdasarkan kisah Aisyah yang berada melintang didepan nabi saat beliau shalat, beliau meraba-raba kedua kaki Aisyah agar menggesernya.</span><br /> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada dasarnya, menyentuh wanita itu tidak membatalkan, namun ia menjadi dugaan kuat munculnya syahwat. Dengan demikian, sekedar bersentuhan normal tanpa syahwat tetap pada hukum asal, yaitu tidak membatalkan.</span></div> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: blue;"></span><br /></span> <div style="background-color: white; box-sizing: inherit; color: #404040; font-size: 17px; margin-bottom: 1.5em;"> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="4⃣" class="emoji" draggable="false" src="https://s.w.org/images/core/emoji/2.3/svg/34-20e3.svg" style="background: none !important; border: none !important; box-shadow: none !important; box-sizing: inherit; display: inline !important; height: 1em !important; margin: 0px 0.07em !important; max-width: 100%; padding: 0px !important; vertical-align: -0.1em !important; width: 1em !important;" />. Kalaupun diasumsikan hadits diatas berlaku apa adanya, maka hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah karena ia lemah. Bukhari melemahkan hadits tersebut. Para penyusun kitab sunnan juga mengatakan hadits itu mempunyai cacat.</span></div> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">============================</span><br /> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fawaid hadits 66-67:</span></div> <span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="color: blue;"> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Dua hadits di atas saling bertentangan, dan para ulama berbeda pandangan dalam menghadapinya. Sebagian mengambil tata cara pengkompromian dua hadits tsb, karena kedua duanya shahih.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dan sebagian mengambil tata cara tarjih, dengan lebih mengunggulkan hadits Busroh di atas hadits Thalq. Dan sebagian ulama sebaliknya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian mengatakan bahwa hadits Busroh lebih terakhir, sehingga hadits Thalq sudah mansukh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Yang paling rajih -Wallahu a’lam- adalah pendapat syaikhul islam ibnu Taimiyah, yaitu bahwa perintah berwudlu di bawa kepada makna sunnah, karena perintah tsb dipalingkan dari wajib kepada sunnah, dan yang memalingkannya adalah hadits Thalq..</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </span><div style="text-align: justify;"> <img height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKAAEuN8oxIyq6pazjCGT2Iw73is4ZBAY4XQtGTyZgQ2ai9iZO6fM0cjCpMiy_BCyQ7CvVdNodQv6dJSoyUAUpMIT4pQpmgAQjqA_8uPaJqMwqKsDEM63QTnmUEG86hregF3uwWJlb9yQ/s200/subulussalam.jpg" style="text-align: center;" width="200" /></div> </span></div> </div> </div> </div> </div> </div> </div> </div> </div> </div> </div>

Subulus Salam Syarah Bulughul Maram No.0064-67

64 - وَعَنْ عَائِشَةَ: «أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَبَّلَ بَعْضَ نِسَائِهِ، ثُمَّ خَرَجَ إلَى الصَّلَاةِ و...

Read more »

Larangan Tidur Setelah Shalat Ashar

<div style="text-align: right;"> رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ، فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ ، فَلا يَلُومَنَّ إِلا نَفْسَهُ</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha bahwa Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidur setelah shalat Ashar lalu akalnya hilang, maka janganlah dia mencela (menyalahkan) kecuali dirinya sendiri”.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> SEBAB LEMAHNYA HADITS INI </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitab al-Majrȗhȋn (1/283) dan Ibnul Jauzi dalam kitab al–Maudhȗ’ȃt (3/68-69), dari jalur Khalid bin al-Qasim, dari al-Laits bin Sa’ad, dari ‘Uqail bin Khalid, dari az-Zuhri, dari ‘Urwah bin az-Zubair, dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha , dari Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam sanad hadits ini ada rawi yang bernama Khalid bin al-Qasim. Imam Ishaq bin Rahuyah berkata tentangnya, “Khalid bin al-Qasim adalah pendusta”. Imam Ibnu Hibban berkata, “Tidak halal menulis hadits (yang diriwayatkan)nya.”<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn1">[1]</a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akan tetapi hadits ini dihukumi sebagai hadits lemah dan bukan hadits palsu, karena sumbernya dari ‘Abdullah bin Lahi’ah, rawi yang lemah karena hafalannya buruk dan tercampur.<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn2">[2]</a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Hadits ini (sebenarnya) berasal dari hadist (riwayat) Ibnu Lahi’ah, lalu Khalid bin al-Qasim mengambilnya (mencurinya) dan menisbatkannya kepada al-Laits bin Sa’ad”<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn3">[3]</a>.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemudian Imam Ibnul Jauzi menukil pernyataan Imam al-Laits bin Sa’ad sendiri yang menunjukkan bahwa beliau tidak pernah meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Lahi’ah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ibnu Lahi’ah sendiri sangat guncang (tidak tetap) dalam meriwayatkan hadits ini, terkadang dia meriwayatkannya dari jalur ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang dari ‘Uqail bin Khalid, dari Ibnu Syhab az-Zuhri, dari Anas bin Malik, dari Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan terkadang dari jalur ‘Uqail, dari Makhul, dari Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara mursal<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn4">[4]</a>.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka hadits ini adalah hadits yang lemah, karena semua jalurnya bertemu pada ‘Abdullah bin Lahi’ah, rawi hafalannya buruk dan tercampur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> DIANTARA ULAMA YANG MELEMAHKAN HADITS INI</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hadits ini dinyatakan sebagai hadits yang tidak shahih oleh Imam Ibnul Jauzi rahimahullah , bahkan beliau mencantumkannya dalam kitab yang memuat hadits-hadits yang beliau anggap palsu.<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn5">[5]</a> Demikian pula Imam asy-Syaukani dalam kitab beliau al-Fawȃ-idul majmȗ’ah (hlm. 216).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hadits ini juga dinyatakan sebagai hadits lemah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn6">[6]</a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hadits ini juga diriwayatkan dari jalur lain, dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dari Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dikeluarkan oleh Imam Abu Ya’la dalam kitab al-Musnad (8/316). Akan tetapi hadits ini sangat lemah, dalam sanadnya ada rawi yang bernama ‘Amr bin al-Hushain, Imam Ibnu Hajar berkata: “Dia ditinggalkan (riwayat haditsnya karena kelemahannya yang fatal)”<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn7">[7]</a>.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Imam al-Haitsami rahimahullah mengisyaratkan kelemahan hadits ini yang parah karena rawi tersebut.<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn8">[8]</a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hadits yang sama juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, dari Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Akan tetapi hadits ini juga sangat lemah bahkan palsu, karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama ‘Umar bin Subh, dia adalah seorang pendusta.<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn9">[9]</a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> KESIMPULAN</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelemahan hadits ini tentu saja membuatnya sama sekali tidak bisa dijadikan sebagai sandaran untuk melarang orang yang tidur setelah shalat Ashar, karena hukum asalnya dalam hal ini adalah mubah (boleh) dan tidak ada hadits shahih yang melarangnya. Terlebih lagi jika hal tersebut dilakukan karena suatu kebutuhan, seperti sakit yang membutuhkan istirahat, keletihan disebabkan banyaknya kegiatan sampai sore, dan alasan-alasan lainnya<a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftn10">[10]</a>.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XX/1437H/2016M.]</div> <div style="text-align: justify;"> _______</div> <div style="text-align: justify;"> Footnote</div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref1">[1]</a> Semua dinukil oleh Imam Ibnul Jauzi dalam kitab al-Maudhȗ’ȃt (3/69).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref2">[2]</a> Lihat kitab Taqrȋbut Tahdzȋb (hlm. 319) dan Silsilatul Ahȃdȋtsidh Dha’ȋfah wal Maudhȗ’ah (1/112).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref3">[3]</a> Kitab al-Maudhȗ’ȃt (3/69).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref4">[4]</a> Dikeluarkan oleh Imam Ibnu ‘Adi (4/145 dan 4/146) dan as-Sahmi dalam Târîkh Jurjân (hlm. 93).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref5">[5]</a> Kitab al-Maudhȗ’ȃt (3/69).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref6">[6]</a> Dalam kitab Silsilatul Ahâ-dȋtsidh Dha’ȋfati wal Maudhȗ’ah (1/112, no. 39).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref7">[7]</a> Kitab Taqrȋbut Tahdzȋb (hlm. 420).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref8">[8]</a> Dalam kitab Majma’uz zawȃ-id (5/199)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref9">[9]</a> Lihat penjelasan Imam Ibnu Hajar tentang hadits ini dalam Talkhȋshul habȋr (1/21).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="https://almanhaj.or.id/7475-hadits-lemah-tentang-larangan-tidur-setelah-shalat-ashar.html#_ftnref10">[10]</a> Lihat kitab Silsilatul Ahȃdȋtsidh Dha’ȋfah wal Maudhȗ’ah (1/113).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <img alt="Image result for larangan tidur setelah ashar" height="200" src="https://i0.wp.com/www.suherlin.com/gakumum/wp-content/uploads/2015/03/Dilarang-Tidur-2.jpg?fit=1300%2C1300" width="200" /></div>

Larangan Tidur Setelah Shalat Ashar

رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ، فَاخْتُلِ...

Read more »

Subulus Salam Syarah Bulughul Maram No.0063

<div class="sub-body"> <div class="inner"> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <b><span class="s18" lang="AR-SA">63 - وَعَنْ «عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: كُنْت رَجُلًا مَذَّاءً فَأَمَرْت الْمِقْدَادَ أَنْ يَسْأَلَ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، فَسَأَلَهُ: فَقَالَ: فِيهِ الْوُضُوءُ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ.</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> 63. Dari Ali bin Abu Thalib ia berkata, ‘Aku adalah orang yang banyak mengeluarkan madzi, maka aku meminta Miqdad agar bertanya kepada Nabi , lalu ia pun bertanya kepadanya. Maka beliau menjawab, “<i>Ia harus berwudhu.</i>” (Muttafaq alaih, dan lafazh ini milik Al Bukhari)</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b>[Shahih: Al Bukhari 132, Muslim 303]</b><span class="s24" dir="rtl" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal s4" dir="rtl" style="text-align: center;"> <b><span class="s47" lang="AR-SA">ـــــــــــــــــــــــــــــ</span></b><b><span class="s6" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></b></div> <div class="MsoNormal s8" style="text-align: center;"> <b><span class="s48" dir="rtl" lang="AR-SA">[سبل السلام]</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b>Penjelasan Kalimat</b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s21">Aku adalah orang yang banyak mengeluarkan madzi</span>, (yaitu air berwarna putih, lengket dan halus yang keluar ketika bercumbu dengan istri atau ketika mengingatnya atau ingin berjima) <span class="s21">maka aku meminta Miqdad </span>(yaitu Ibnu Al Aswad Al Kindi) <span class="s21">agar bertanya kepada Nabi </span>, (yaitu apa yang wajib dilakukan bagi orang yang keluar madzi) <span class="s21">lalu ia pun bertanya kepadanya. Maka beliau menjawab, “<i>Ia harus berwudhu</i></span><i>.</i>” </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b>Tafsir Hadits</b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Hadits ini Muttafaq alaih dan dalam sebagian lafazh menurut Al Bukhari setelah ini:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>[فَاسْتَحْيَيْت أَنْ أَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -] وَفِي لَفْظٍ [لِمَكَانِ ابْنَتِهِ مِنِّي]</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Tetapi aku malu bertanya kepada Rasulullah .” Dalam lafazh lainnya: “Lantaran kedudukan putrinya bagiku” <span class="s20">[Al Bukhari 269]</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s20"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dan dalam lafazh Muslim:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>[لِمَكَانِ فَاطِمَةَ]</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “lantaran kedudukan Fathimah”</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s20">[Dalam lafazh Muslim : </span><b><span class="s54" dir="rtl" lang="AR-SA">لِمَكَانِ ابْنَتِهِ</span></b><span dir="ltr"></span><b><span class="s55" lang="AR-SA"><span dir="ltr"></span> </span></b><span class="s56">bukan yang dicantumkan pensyarah]<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sedangkan menurut Abu Daud, An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah adalah dengan lafazh:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <b><span class="s40" lang="AR-SA">كُنْت رَجُلًا مَذَّاءً فَجَعَلْت أَغْتَسِلُ مِنْهُ فِي الشِّتَاءِ حَتَّى تَشَقَّقَ ظَهْرِي</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Aku adalah orang yang banyak mengeluarkan madzi lalu aku mandi darinya pada musim dingin hingga punggungku remuk.” <span class="s20">[Shahih: Abu Daud 206]<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dalam lafazh Al Bukhari ia menambahkan:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>«تَوَضَّأْ وَاغْسِلْ ذَكَرَك»</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Berwudhu dan cucilah kemaluanmu.” <span class="s20">[Shahih Al Bukhari 269]<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dan dalam Shahih Muslim:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>«اغْسِلْ ذَكَرَك وَتَوَضَّأْ»</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <i>“Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah</i>.” </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s20">[saya tidak mendapatinya dalam Shahih Muslim]</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s20"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Terjadi perbedaan pendapat mengenai orang yang bertanya, apakah Miqdad –sebagaimana dalam riwayat tadi- ataukah Ammar –sebagaimana dalam riwayat lainnya-. Dan dalam satu riwayat bahwa yang bertanya adalah Ali . Ibnu Hibban memadukan antara hal itu, bahwa Ali menyuruh Miqdad untuk bertanya kepada Rasulullah , kemudian dia sendiri yang bertanya, tetapi ia mengikutinya bahwa ucapan, ‘Maka aku malu bertanya lantaran kedudukan putrinya bagiku’, menunjukkan bahwa bukan dia yang bertanya langsung, maka menisbatkan pertanyaan kepadanya pada rw yang mengatakan bahwa Ali yang bertanya adalah majaz, karena dia yang menyuruh bertanya.</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Hadits tersebut adalah dalil bahwa madzi itu membatalkan wudhu. Oleh karenanya disebutkan oleh penulis dalam bab ini. dan dalil tidak mewajibkan mandi adalah ijma.</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Riwayat, ‘<i>Berwudhu dan cucilah kemaluanmu’</i> tidak menunjukkan bahwa yang didahulukan adalah berwudhu, karena <i>waw</i> tidak menunjukkan berurutan, dan lafazh Muslim menjelaskan maksud tersebut.</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Disebutkannya lafazh ‘dzakar’ secara mutlak, secara zhahir dipahami bahwa harus mencuci dzakar secara keseluruhannya, tetapi tidak demikian, karena yang wajib adalah mencuci tempat keluarnya madzi, itu hanyalah memutlakkan nama keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagiannya, dan qarinahnya tidak diketahui dari kaidah syariat.</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Sebagian berpendapat bahwa harus mencuci secara keseluruhan, berdasarkan lafazh hadits tersebut, dan didukung oleh riwayat Abu Daud:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>«يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَأُنْثَيَيْهِ وَيَتَوَضَّأُ»</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Ia mencuci kemaluannya dan kedua buah pelirnya lalu berwudhu<span class="s20">.” [Shahih: Abu Daud 208]<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s20"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Menurutnya juga:</div> <div class="MsoNormal s17" dir="rtl" style="text-align: justify;"> <span dir="rtl"></span><b><span class="s40" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>«فَتَغْسِلُ مِنْ ذَلِكَ فَرْجَك وَأُنْثَيَيْك وَتَوَضَّأْ لِلصَّلَاةِ»</span></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “Engkau mencuci kemaluanmu dan kedua buah pelirmu lalu berwudhu untuk shalat.” <span class="s20">[Shahih: Abu Daud 211]<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span class="s20"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Akan tetapi tambahan mencuci kedua buah pelir telah dicela, dan telah kami jelaskan dalam catatan kaki <i>Dhau’ An Nahar</i>. Karena itu adalah riwayat Urwah dari Ali , sementara ia tidak mendengar dari Ali, akan tetapi diriwayatkan oleh Abu Awanah dalam shahihnya dari jalan Ubaidah dari Ali dengan tambahan. Penulis berkata dalam <i>At Talkhis</i>, ‘Pada sanadnya tidak ada celaan.’ Maka meskipun shahih tidak ada alasan berpendapat dengannya. Ada yang mengatakan, “Hikmahnya adalah bahwa jika mencuci semuanya ia akan menyusut, lalu tidak jadi keluar madzi.” Hadits tersebut dijadikan dalil atas najisnya madzi.</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> ==============================</div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;">Fawaid hadits:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;">1. Keluarnya madzi mewajibkan wudlu.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;">2. Dalam riwayat Muslim: “Cucilah dzakarmu dan berwudlu lah”. Dan dalam riwayat Ahmad: “Cucilah dzakar dan dua testismu”. Riwayat ini menunjukkan wajibnya mencuci dzakar dan dua testis. Dan ini adalah madzhab hanbali dan maliki.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;">3. Wajibnya menerima kabar satu orang selama ia tsiqah.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: blue;">4. Madzi adalah najis, namun cukup memercikinya sebagaimana dalam hadits Sahl bin Hunaif, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah bagimu mengambil air dengan telapak tanganmu lalu kamu perciki bajumu yang kira terkena madzi”. HR Abu Daawud.</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <img height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKAAEuN8oxIyq6pazjCGT2Iw73is4ZBAY4XQtGTyZgQ2ai9iZO6fM0cjCpMiy_BCyQ7CvVdNodQv6dJSoyUAUpMIT4pQpmgAQjqA_8uPaJqMwqKsDEM63QTnmUEG86hregF3uwWJlb9yQ/s200/subulussalam.jpg" style="text-align: center;" width="200" /></div> </div> </div>

Subulus Salam Syarah Bulughul Maram No.0063

63 - وَعَنْ «عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: كُنْت رَجُلًا مَذَّاءً فَأَمَرْت الْمِقْدَادَ أَنْ يَسْأَلَ ال...

Read more »

Hadits-hadits Shahih dan Hasan Seputar Bulan Muharram

<div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Bulan Muharram akan segera tiba, banyak keutamaan bulan ini berdasarkan kepada hadits-hadits shahih dan hasan yang dapat dijadikan hujjah. Dengan seizin Allah dan kemudahan dariNya, kami akan menurunkan hadits-hadits tersebut pada artikel kali ini.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Allah Ta’ala telah berfirman :</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[QS At-Taubah : 36]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1. Hadits, “…dalam setahun ada dua belas bulan…,”</span></strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin ‘Abdul Wahhaab, telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Ayyuub, dari Muhammad, dari Ibnu Abi Bakrah, dari Abu Bakrah -radhiyallahu ‘anhu-, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga diantaranya adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang terdapat diantara Jumadaats Tsaniy dan Sya’baan.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Al-Bukhaariy no. 4662; Shahiih Muslim no. 1681 dengan matan yang lebih panjang]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">2. Hadits, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah…,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنِي قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepadaku Qutaibah bin Sa’iid, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Abu Bisyr, dari Humaid bin ‘Abdirrahman Al-Himyariy, dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yaitu bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1165; Sunan Abu Daawud no. 2429; Jaami’ At-Tirmidziy no. 438]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">3. Hadits, “…hendaklah ia berpuasa karena hari ini adalah hari ‘Asyura’,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنْ أَسْلَمَ أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Al-Makkiy bin Ibraahiim, telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Abi ‘Ubaid, dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan seorang laki-laki dari suku Aslam untuk menyerukan kepada manusia bahwa barangsiapa sudah memakan sesuatu maka hendaklah mengganti puasanya di hari yang lain, dan barangsiapa yang belum memakan sesuatu maka hendaklah ia berpuasa karena hari ini adalah hari ‘Asyura’.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2007; Shahiih Muslim no. 1138 dengan sedikit perbedaan lafazh]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">4. Hadits, “Kaum Quraisy pada masa Jahiliyyah berpuasa hari ‘Asyura’…,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Maslamah, dari Maalik, dari Hisyaam bin ‘Urwah, dari Ayahnya, dari ‘Aaisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Dahulu Kaum Quraisy pada masa Jahiliyyah berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pun melaksanakannya. Ketika beliau berhijrah ke Madinah beliau tetap melaksanakannya dan memerintahkan manusia untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa hari ‘Asyura’, (beliau bersabda), “Maka barangsiapa yang berkehendak (untuk berpuasa) silahkan berpuasa dan barangsiapa yang berkehendak (tidak berpuasa) silahkan meninggalkannya.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2002; Shahiih Muslim no. 1125]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">5. Hadits, “Hari itu adalah hari yang dijadikan kaum Jahiliyyah untuk berpuasa…,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ ذُكِرَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَوْمًا يَصُومُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَرِهَ فَلْيَدَعْهُ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid, telah menceritakan kepada kami Laits, (dalam jalur sanad yang lain) telah menceritakan kepada kami Ibnu Rumh, telah mengkhabarkan kepada kami Al-Laits, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya disebutkan di sisi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengenai hari ‘Asyura’, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hari itu adalah hari yang dijadikan kaum Jahiliyyah untuk berpuasa, maka barangsiapa di antara kalian menyukai untuk berpuasa maka berpuasalah dan barangsiapa tidak menyukainya maka tidak mengapa meninggalkannya.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1127]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">6. Hadits, “Manusia melaksanakan puasa hari ‘Asyura’ sebelum diwajibkan puasa Ramadhan…,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ هُوَ ابْنُ الْمُبَارَكِ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حَفْصَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانُوا يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ وَكَانَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيهِ الْكَعْبَةُ فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ رَمَضَانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Bukair, telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihaab, dari ‘Urwah, dari ‘Aaisyah radhiyallahu ‘anha, (dalam jalur sanad yang lain) telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Muqaatil, ia berkata, telah mengkhabarkan kepadaku ‘Abdullaah, dia adalah Ibnul Mubaarak, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Abu Hafshah, dari Az-Zuhriy, dari ‘Urwah, dari ‘Aaisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Manusia melaksanakan puasa hari ‘Asyura’ sebelum diwajibkan puasa Ramadhan dan hari itu adalah hari ditutupnya Ka’bah (dengan kiswah). Ketika Allah mewajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa berkehendak untuk berpuasa maka berpuasalah, dan barangsiapa berkehendak untuk meninggalkannya maka tinggalkanlah.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1592; Musnad Ahmad no. 25536]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">7. Hadits, “…puasa hari ‘Asyura’ menghapus dosa setahun yang lalu.”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ حَرْمَلَةَ بْنِ إِيَاسٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Manshuur, dari Mujaahid, dari Harmalah bin Iyaas, dari Abu Qataadah -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa hari ‘Arafah menghapus dosa dua tahun yaitu setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, puasa hari ‘Asyura’ menghapus dosa setahun yang lalu.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Musnad Ahmad no. 22028; Jaami’ At-Tirmidziy no. 752; Sunan Ibnu Maajah no. 1738]<span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[1]</span></strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">8. Hadits berpuasa hari ‘Asyura’ pada hari kesepuluh</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمُ الْعَاشِرِ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Waarits, dari Yuunus, dari Al-Hasan, dari Ibnu ‘Abbaas -radhiyallahu ‘anhuma-, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa hari ‘Asyura’ pada hari kesepuluh (dari bulan Muharram).”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Jaami’ At-Tirmidziy no. 755]<span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[2]</span></strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">9. Hadits berpuasa hari ‘Asyura’ pada hari kesembilan dan kesepuluh</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنِي إِسْمَعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا غَطَفَانَ بْنَ طَرِيفٍ الْمُرِّيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliy Al-Hulwaaniy, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Maryam, telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, telah menceritakan kepadaku Isma’iil bin Umayyah, bahwasanya ia mendengar Abu Gathafaan bin Thariif Al-Murriy mengatakan, aku mendengar ‘Abdullaah bin ‘Abbaas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan beliau memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nashrani,” maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika begitu maka tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan.” Ibnu ‘Abbaas berkata, “Tahun depan belumlah datang hingga Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam wafat.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1136]<span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[3]</span></strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">10. Hadits, “…kami lebih berhak kepada Muusaa daripada kalian,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepadaku Ibnu Abi ‘Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Ayyuub, dari ‘Abdullaah bin Sa’iid bin Jubair, dari Ayahnya, dari Ibnu ‘Abbaas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi Madinah, maka beliau mendapati Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura’, beliau bersabda kepada mereka, “Hari apakah ini yang kalian berpuasa didalamnya?” Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung karena Allah telah menyelamatkan Muusaa dan kaumnya, dan Allah menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, maka Muusaa berpuasa pada hari ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dan kami pun ikut berpuasa.” Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami lebih berhak mengikuti Muusaa dibanding kalian.” Maka berpuasalah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dan beliau memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa.<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1132; Shahiih Al-Bukhaariy no. 3943 dan no. 4680 dengan sedikit perbedaan lafazh]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">11. Hadits Rasulullah mengutamakan hari ‘Asyura’ untuk berpuasa dibanding hari-hari lain</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullaah bin Muusaa, dari Ibnu ‘Uyainah, dari ‘Ubaidullaah bin Abu Yaziid, dari Ibnu ‘Abbaas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku tidak pernah melihat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam menyengaja berpuasa pada hari yang beliau utamakan diatas hari yang lainnya kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura’, dan bulan ini yakni bulan Ramadhan.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2006; Shahiih Muslim no. 1134]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">12. Hadits kaum Yahudi menjadikan hari ‘Asyura’ sebagai hari ‘Ied</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ أَبِي عُمَيْسٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari Abu ‘Umais, dari Qais bin Muslim, dari Thaariq bin Syihaab, dari Abu Muusaa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Hari ‘Asyura’ adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan mereka menjadikannya hari raya, maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasalah kalian (pada hari itu).”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1133; Shahiih Al-Bukhaariy no. 2005]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">13. Hadits, “Seandainya tahun depan aku masih hidup…,”</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيْرٍ لَعَلَّهُ قَالَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Al-Qaasim bin ‘Abbaas, dari ‘Abdullaah bin ‘Umair, -sepertinya dia berkata- dari ‘Abdullaah bin ‘Abbaas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seandainya aku masih hidup hingga tahun depan, aku akan berpuasa pada hari kesembilan.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1137; Sunan Ibnu Maajah no. 1736; Musnad Ahmad no. 1972]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">14. Hadits melihat hilal bulan Muharram</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعُ بْنُ الْجَرَّاحِ عَنْ حَاجِبِ بْنِ عُمَرَ عَنْ الْحَكَمِ بْنِ الْأَعْرَجِ قَالَ انْتَهَيْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِي زَمْزَمَ فَقُلْتُ لَهُ أَخْبِرْنِي عَنْ صَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ وَأَصْبِحْ يَوْمَ التَّاسِعِ صَائِمًا قُلْتُ هَكَذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ قَالَ نَعَمْ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Wakii’ bin Al-Jarraah, dari Haajib bin ‘Umar, dari Al-Hakam bin Al-A’raj, ia berkata, aku pernah menjumpai Ibnu ‘Abbaas radhiyallahu ‘anhuma sedang bersandar dengan selendangnya pada sumur Zamzam, aku berkata kepadanya, “Khabarkan kepadaku mengenai puasa hari ‘Asyura’,” Ibnu ‘Abbaas berkata, “Jika engkau melihat hilal bulan Muharram, maka hitunglah dan berpuasalah sejak subuh pada hari kesembilan.” Aku bertanya, “Apakah seperti itu puasa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam?” Ibnu ‘Abbaas menjawab, “Ya.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1135; Sunan Abu Daawud no. 2446; Jaami’ At-Tirmidziy 1/210; Musnad Ahmad no. 2136]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">15. Hadits Mu’aawiyah bin Abu Sufyaan radhiyallahu ‘anhuma ketika beliau berkhuthbah diatas mimbar</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَوْمَ عَاشُورَاءَ عَامَ حَجَّ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبْ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Maslamah, dari Maalik, dari Ibnu Syihaab, dari Humaid bin ‘Abdirrahman, bahwa ia mendengar Mu’aawiyah bin Abu Sufyaan radhiyallahu ‘anhuma berkhuthbah diatas mimbar pada hari ‘Asyura’ pada tahun haji, ia berkata, “Wahai penduduk Madinah, dimana para ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hari ini adalah hari ‘Asyura’ dan Allah tidak mewajibkan puasa atas kalian, dan aku sedang berpuasa, maka barangsiapa berkehendak silahkan berpuasa dan barangsiapa berkehendak silahkan berbuka.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2003; Shahiih Muslim no. 1131]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">16. Hadits penduduk Khaibar berpuasa pada hari ‘Asyura’</strong></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> حَدَّثَنَاه أَحْمَدُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْعُمَيْسِ أَخْبَرَنِي قَيْسٌ فَذَكَرَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ وَزَادَ قَالَ أَبُو أُسَامَةَ فَحَدَّثَنِي صَدَقَةُ بْنُ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ أَهْلُ خَيْبَرَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ يَتَّخِذُونَهُ عِيدًا وَيُلْبِسُونَ نِسَاءَهُمْ فِيهِ حُلِيَّهُمْ وَشَارَتَهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصُومُوهُ أَنْتُمْ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Telah menceritakannya kepada kami Ahmad bin Al-Mundzir, telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Usaamah, telah menceritakan kepada kami Abul ‘Umais, telah mengkhabarkan kepadaku Qais kemudian menyebutkan dengan sanad ini yang semisalnya, dan Abu Usaamah menambahkan, telah menceritakan kepadaku Shadaqah bin Abu ‘Imraan, dari Qais bin Muslim, dari Thaariq bin Syihaab, dari Abu Muusaa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, penduduk Khaibar berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan merayakannya sebagai hari raya, para wanita mereka mengenakan pakaian dan perhiasan yang indah. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berpuasalah kalian pada hari itu.”<br /> <strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Shahiih Muslim no. 1134]</strong></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Demikian yang bisa kami tuliskan. Semoga bisa menjadi motivator kita untuk beribadah kepada Allah Ta’ala di bulan Muharram nanti.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Allaahu a’lam.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Diringkas dari :</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <a href="http://www.saaid.net/mktarat/mohram/54.htm" style="border: 0px; color: #117bb8; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">http://www.saaid.net/mktarat/mohram/54.htm</a> dengan penambahan berdasarkan kitab <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Shahiih At-Targhiib wa At-Tarhiib”</em>, karya Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy, maktabah Al-Ma’aarif.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Footnotes :</em></span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[1]</strong></span> Dishahihkan Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah dalam Shahiihul Jaami’ush Shaghiir no. 3806.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[2]</strong></span> Al-Imam At-Tirmidziy rahimahullah berkata bahwa hadits ini hasan shahih, dan Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Tirmidziy dan Shahiihul Jaami’ no. 3968.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Namun, Al-Imam Badruddiin Al-‘Ainiy dalam ‘Umdatul Qaariy 11/166 dan Syaikh Al-Mubaarakfuuriy dalam Tuhfatul Ahwadziy 3/176 -rahimahumallah- berkata bahwa sanadnya munqathi’, yaitu antara Al-Hasan dengan Ibnu ‘Abbaas (dan Al-Hasan meriwayatkannya dengan ‘an’anah), dan menurut Imam Al-‘Ainiy, matannya syaadz.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Syaikh Muqbil Al-Waadi’iy rahimahullah menguatkan pendapat ini dalam kitab beliau, Ahaadiitsu Mu’allah no. 215, beliau berkata bahwa para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiih akan tetapi sanadnya munqathi’, Al-Hasan tidak mendengar dari Ibnu ‘Abbaas sebagaimana dalam Jaami’ut Tahshiil.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Sanad hadits ini diperkuat dengan hadits Ibnu ‘Abbaas yang lain dari jalan Abu Gathafaan bin Thariif yang diriwayatkan Al-Imam Muslim rahimahullah sebagaimana yang akan datang pada nomor berikutnya.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[3]</strong></span> Fiqh dari hadits ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam At-Tirmidziy pada hadits yang lalu,</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ يَوْمُ التَّاسِعِ و قَالَ بَعْضُهُمْ يَوْمُ الْعَاشِرِ وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ وَبِهَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ الشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ</div> <div style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> “Para ulama berselisih pendapat mengenai (puasa) hari ‘Asyura’, sebagian mereka berkata hari kesembilan, dan sebagian mereka berkata hari kesepuluh. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas bahwa ia berkata, berpuasalah hari kesembilan dan kesepuluh, selisihilah Yahudi. Dan ini juga pendapat Asy-Syaafi’iy, Ahmad dan Ishaaq.”<br /> <br /> <img alt="Image result for shahih muharam" height="154" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAFMYdTiPtWFx095-UgLLfcisuQBxemvd0kbzMRwAQNwCY-NKcVH4HWhQlksqQcg4Fwa7ppzjpjx1NHZxzJvOloxJbJF7p6PvKpb0DgNdgsdXWe_Ftw_XrzAKTqxcK2V1fTLSY5lFKhkA2/s200/muharram.gif" width="200" /></div>

Hadits-hadits Shahih dan Hasan Seputar Bulan Muharram

Bulan Muharram akan segera tiba, banyak keutamaan bulan ini berdasarkan kepada hadits-hadits shahih dan hasan yang dapat dijadikan hujjah. ...

Read more »