Beberapa hadits dan atsar yang dijadikan dalil anjuran
membaca Al-Qur’an di kuburan:
Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Abu Muhammad Al-Khallaal (439H) rahimahullah
dalam kitabnya “Fadhail surah Al-Ikhlash” hal.101 no.54:
قال: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ شَاذَانَ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرٍ الطَّائِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، ثنا عَلِيُّ بْنُ مُوسَى، عَنْ أَبِيهِ، مُوسَى، عَنْ
أَبِيهِ، جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيٍّ، عَنْ أَبِيهِ
الْحُسَيْنِ، عَنْ أَبِيهِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَنْ مَرَّ عَلَى الْمَقَابِرِ وَقَرَأَ {قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ} إِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً، ثُمَّ وَهْبَ أَجْرَهُ لِلْأَمْوَاتِ أُعْطِيَ
مِنَ الْأَجْرِ بِعَدَدِ الْأَمْوَاتِ»
Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Baransiapa yang melewati kuburan dan membaca
surah Al-Ikhlash sebanyak sebelas kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada
orang yang meninggal maka ia akan diberi pahala sebanya jumlah orang yang
mati”.
Hadits ini
palsu karena sanadnya melalui rawiy yang bernama
Abdullah bin Ahmad bin ‘Amir Ath-Tha'iy[1]
(324H),
dari bapaknya (Ahmad bin Amir bin Sulaiman Ath-Tha'iy[2]); Adz-Dzahabiy (748H) rahimahullah berkata: Ia
meriwayatkan dari bapaknya, dari Ali Ar-Ridha dari bapak-bapaknya beberapa
hadits yang palsu dan batil, tidak lepas dari pemalsuan dia atau pemalsuan
bapaknya.
Lihat silsilah hadits dhaif karya syekh Albaniy rahimahullah
3/452 no.1290.
Hadits Anas bin Malik dan Abu Bakr Ash-Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat penjelasan haditsnya di: "Yasin-an untuk orang meninggal"
Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma
Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy (360H) rahimahullah
dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Kabiir” 12/444 no.13613, dan Al-Baihaqiy
(458H) rahimahullah dalam kitabnya “Syu’ab Al-Iman” 11/471 no.8854:
عن أَبي شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ
عَبْدِ اللهِ الْبَابْلُتِّيُّ، ثنا أَيُّوبُ بْنُ
نَهِيكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ أَبِي رَبَاحٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ
عُمَرَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا
مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلَا تَحْبِسُوهُ، وَأَسْرِعُوا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ، وَلْيُقْرَأْ
عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ الْبَقَرَةِ
فِي قَبْرِهِ»
Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah kalian
manahannya, segeralah membawanya ke kuburannya. Dan hendaklah di dekat
kepalanya dibacakan pembukaan Al-Quran (surat Al-Fatihah) dan dekat kedua
kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya"
Hadits ini
sangat lemah karena dua cacat:
1. Yahya bin Abdillah bin Adh-Dhahhak
Al-Babluttiy[3] (218H); Al-Haitsamiy (807H) rahimahullah menyebutkan
hadits ini dalam kitabnya “Majma' Az-Zawaid” (no.4242) dan mengatakan:
"Di dalam sanadnya ada Yahya bin Abdillah Al-Babluttiy, dia dha’if
(lemah periwayatannya)."
Ibnu
Hibban (354H) rahimahullah berkata: Periwayatannya tidak bisa dijadikan hujjah jika sendiri (ساقط الاحتجاج
فيما انفرد به).
Ibnu Adiy (365H)
rahimahullah berkata: Tanda kelemahan pada haditnya sangat jelas (أثر الضعف على
حديثه بين).
Periwayatan
haditsnya dilemahkan juga oleh Abu Zur’ah Ar-Raziy (281H), Adz-Dzahabiy, Ibnu Hajar
(852H) rahimahumullah.
2. Ayyub bin Nahiik Al-Halabiy[4]; Abu Hatim (277H) rahimahullah berkata: periwayatan
haditnya lemah. Abu Zur’ah Ar-Raziy mengatakan: Haditsnya mungkar.
Al-Azdiy (374H) rahimahullah mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Adz-Dzahabiy
mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak oleh ulama (tarakuuhu).
Lihat silsilah hadits dhaif karya syekh Albaniy rahimahullah
9/152 no.4140.
Diriwayatkan
juga secara mauquf dari perkataan Abdullah bin Umar
Diriwayatkan
oleh Abu Bakr Al-Khallaal (311H) dalam kitabnya “Al-Qira-ah ‘inda
al-qubuur” hal.88:
عن مُبَشِّر، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْعَلَاءِ
بْنِ اللَّجْلَاجِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ أَوْصَى إِذَا دُفِنَ أَنْ يُقْرَأَ
عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا، وَقَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ
عُمَرَ يُوصِي بِذَلِكَ.
Dari
Abdurrahman bin Al-‘Alaa’ bin Al-Lajlaaj, dari bapaknya, bahwasanya ia berwasiat
jika ia dikuburkan nanti agar dibacakan di dekat kepalanya awal surah
Al-Baqarah dan akhirnya. Dan ia berkata: Aku mendengar Ibnu Umar berwasiat
seperti itu.
Sanad
riwayat ini sangat lemah karena Abdurrahman bin Al-‘Alaa’ Al-Lajlaaj[5] seroang
yang majhuul al-‘ain, Adz-Dzahabiy mengatakan: Tidak ada yang
meriwayatkan darinya kecuali Mubasysyir bin Ismail Al-Halabiy.
Lihat “Ahkaam Al-Janaaiz” karya syekh Albaniy rahimahullah
hal.192.
Atsar
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan
oleh Abdurrazzaaq (211H) rahimahullah dalam
kitabnya “Al-Mushannaf” 3/386 no.6043:
عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: حُدِّثْتُ،
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، أَنَّهُ قَالَ: «احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ فَأَلْزِمُوهُمْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَغْمِضُوا أَعْيُنَهُمْ، وَاقْرَءُوا عِنْدَهُمُ
الْقُرْآنَ»
Dari Ibnu Juraij, ia berkata: Disampaikan kepadaku tentang Umar bin Khathab
bahwasanya ia berkata: Datangilah orang yang akan meninggal, tuntunlah mereka mengucapkan
“Laailaaha illallah”, pejamkan matanya jika mereka meninggal, dan bacakan
Al-Quran di dekatnya”
Sanad ini lemah
karena terputus, tidak disebutkan siapa yang menyampaikan kepada Ibnu
Juraij (nama lengkapnya: Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij wafat tahun
150H)?
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi
Syaibah (235H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mushannaf” 2/448 no.10882:
قال: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، أَوْ غَيْرِهِ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ: «لَقِّنُوا
مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَغْمِضُوا أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوا»
‘Athaa’ atau selainnya berkata: Umar berkata:
Tuntunlah orang yang akan meninggal dari kalian mengucapkan “Laailaaha
illallah”, dan pejamkanlah matanya jika mereka meninggal.
Sanad riwayat ini juga lemah karena terputus, Ibnu Juraij meriwayatkannya
dari ‘Athaa atau selainnya (ia ragu). Dan yang saya ketahui, guru Ibnu Juraij yang
bernama ‘Athaa’ tidak ada yang pernah meriwayatkan hadits dari Umar bin
Khattab.
Selain itu di matannya juga tidak ada
“perintah membaca Al-Qur’an di sisi orang yang sudah mati”.
Selain dari Ibnu Juraij, atsar Umar radhiyallahu
‘anhu juga diriwayatkan oleh Al-Hasan Al-Bashriy (110H) dan Makhuul
Asy-Syaamiiy (112H), dan sanadnya juga lemah karena
terputus. Keduanya juga tidak pernah meriwayatkan hadits dari Umar dan di
matannya tidak ada “perintah membaca Al-Qur’an di sisi orang mati”.
Riwayat
Al-Hasan dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitabnya “Al-Mushannaf”
2/446 no.10858:
عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ عُمَرُ:
«احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ، وَذَكِّرُوهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ
وَيُقَالُ لَهُمْ»
Dari Al-Hasan; Umar berkata: Datangilah
orang yang akan meninggal dari kalian, ingatkanlah mereka mengucapkan “Laailaaha
illallah”, karena sesungguhnya mereka melihat (apa yang tidak kalian
lihat), dan dikatakan kepada mereka.
Al-‘Alaaiy (761H) rahimahullah berkata:
Periwayatan Al-Hasan dari Abu Bakr, Umar, dan Usman, adalah mursal
(terputus) tanpa diragukan. [Jaami’ At-Tahshiil hal.162]
Sedangkan
riwayat Makhuul dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya (281H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Muhtadhariin” no.8:
قال: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ: أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ
قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: «احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ وَذَكِّرُوهُمْ،
فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ مَا لَا تَرَوْنَ، وَلَقِّنُوهُمْ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ»
Dari Makhuul; Umar bin Khathab
berkata: Datangilah orang yang akan meninggal dari kalian, ingatkanlah mereka, karena
sesungguhnya mereka melihat apa yang tidak kalian lihat, dan tuntunlah mereka
mengucapkan syahadat “Laailaaha illallah”.
Abu Zur’ah berkata: Riwayat Makhuul
dari Umar adalah mursal (terputus). [Jaami’ At-Tahshiil karya
Al-‘Alaaiy hal.285]
Atsar
Asy-Sya’biy (104H) rahimahullah
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah
dalam kitabnya “Al-Mushannaf” bab (مَا يُقَالُ عِنْدَ
الْمَرِيضِ إِذَا حُضِرَ) “apa yang dibaca di sisi
orang yang sakit jika ajalnya akan tiba” 2/445 no.10848:
قال: حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنِ الْمُجَالِدِ،
عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «كَانَتْ الْأَنْصَارُ يَقْرَءُونَ عِنْدَ الْمَيِّتِ بِسُورَةِ
الْبَقَرَةِ»
Dari
Al-Mujaalid, dari Asy-Sya’biy ia berkata: Kaum Anshar membaca di sisi orang
meninggal surah Al-Baqarah.
Sanadnya lemah karena ada rawiy yang bernama Al-Mujaalid bin Sa’id[6] (144H);
Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Yahya Al-Qathaan (198H), Imam Ahmad
(241H), An-Nasa’iy (303H), Ad-Daruquthniy (385H), Ibnu Hajar, dan yang lainnya rahimahumullah.
Diriwayatkan
juga oleh Abu Bakr Al-Khallaal (311H) dalam kitabnya “Al-Qira-ah
‘inda al-qubuur” hal.89, dengan sanad yang sama tapi lafadznya berbeda:
قال: أَخْبَرَنِي أَبُو يَحْيَى النَّاقِدُ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنْ
مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «كَانَتِ الْأَنْصَارُ
إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اخْتَلَفُوا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُونَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ»
Dari
Mujaalid, dari Asy-Sya’biy ia berkata: Kaum Anshar jika di antara mereka ada
yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca Al-Quran”
Sanadnya sangat lemah, karena tiga cacat:
1. Al-Mujaalid; periwayatan haditsnya tidak kuat.
2. Sufyan bin Wakii’[7] (247H) yang periwayatan haditsnya dilemahkan oleh An-Nasaa’iy, Adz-Dzahabiy,
Ibnu Hajar dan yang lainnya. Abu Zur’ah berkata: Ia dituduh sebagai pembohong.
3. Lafadz haditsnya menyalahi
riwayat Ibnu Abi Syaibah yang lebih kuat.
Wallahu a’lam!
[1] Lihat
biografi Abdullah
bin Ahmad bin Amir Ath-Tha'iy dalam
kitab: Taarikh Bagdaad karya Al-Khathiib 11/27, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Jauziy
2/115, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/390, Lisaan Al-Miizaan karya
Ibnu Hajar 4/425.
[2] Lihat
biografi Ahmad
bin Amir Ath-Tha'iy dalam kitab: Taarikh
Bagdaad 5/551, Dzail Miizaan Al-I'tidaal karya Al-'Iraqiy
8/33, Lisaan Al-Miizaan 1/490.
[3] Lihat
biografi " Yahya bin Abdillah Al-Babluttiy " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu
Abi Hatim 9/164, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 3/127, Al-Kaamil karya Ibnu
'Adiy 9/119, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/199, Miizaan Al-I'tidaal 4/390, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.593.
[4] Lihat
biografi " Ayyub bin Nahiik "
dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/259, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu
Al-Jauziy 1/133, Miizaan Al-I'tidaal 1/294, Lisaan Al-Miizaan 2/256.
[5] Lihat
biografi " Abdurrahman bin Al-‘Alaa’ Al-Lajlaaj " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/272, Ats-Tsiqaat karya Ibnu Hibban 7/90, Tahdziib Al-Kamaal karya
Al-Mizziy 17/332, Miizaan Al-I'tidaal 2/579, Taqriib
At-Tahdziib hal.348.
[6] Lihat
biografi " Mujaalid bin Sa’id " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya
Al-Bukhariy hal.116 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.236 , Adh-Dhu'afaa'
Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 4/232, Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/361, Al-Majruhiin 3/10, Al-Kaamil 8/166,
Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daruquthniy 3/134, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy
3/35, Miizaan Al-I'tidaal 3/438, Taqriib At-Tahdziib hal.520.
[7] Lihat
biografi " Sufyan bin Wakii’" dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i
hal.192 , Al-Jarh wa At-Ta'diil 4/231, Al-Majruhiin 1/359, Al-Kaamil 4/479, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu
Al-Jauziy 2/4, Al-Mugniy fi Adh-Dhu’afaa’ karya Adz-Dzahabiy 1/269, Taqriib
At-Tahdziib hal.245.
0 comments:
Post a Comment