حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حماد بن زيد عن ثابت عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ لَا شَيْءَ إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
Sulaiman bin Harb telah menyampaikan kepada kami, dia mengatakan, ‘Kami diberitahu oleh Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu anhu ,dia mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Orang itu mengatakan, ‘Kapankah hari kiamat itu?’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, ’Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?’ Orang itu menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja sesungguhnya saya mencintai Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.’
Anas Radhiyallahu anhu (Sahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan hadits ini) mengatakan, “Kami tidak pernah merasakan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan kami ketika mendengar sabda Rasûlullâh , ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.’
Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘Saya mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Bakr dan Umar. Saya berharap bisa bersama mereka dengan sebab kecintaanku kepada mereka meskipun saya tidak mampu melakukan amalan yang mereka lakukan
TAKHRIJ HADITS
1. Hadits ini dibawakan oleh imam al-Bukhari dalam kitab Shahîhnya pada empat tempat, yaitu :
Bab Manaqib Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhu dengan lafazh di atas
Kitab al-Adab, Bab Ma Ja’a fi Qaulir Rajuli : Wailaka dengan lafazh:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَائِمَةٌ قَالَ وَيْلَكَ وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ فَقُلْنَا وَنَحْنُ كَذَلِكَ قَالَ نَعَمْ فَفَرِحْنَا يَوْمَئِذٍ فَرَحًا شَدِيدًا
Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang lelaki penduduk pedalaman mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Kapankah hari kiamat itu akan datang?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka engkau! Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut kedatangannya?” Orang itu menjawab, “Saya tidak menyiapkan apappun, hanya saja saya mencintai Allâh dan Rasul-Nya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Kami mengatakan, “Kami juga begitu.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersaba, “Ya.” Mendengar ini, kami merasa sangat berbahagia hari itu
Kitab al-Adab, Bab ‘Alâmatil Hubbi fillâh (Bab tentang indikasi cinta kepada Allâh Azza wa Jalla)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang lelaki mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Kapankah hari kiamat itu?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut kedatangannya?” Orang itu menjawab, “Untuk menyambutnya, saya tidak menyiapkan shalat yang banyak, tidak juga puasa yang banyak serta tidak sedekah yang banyak, akan tetapi saya mencintai Allâh dan Rasul-Nya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Kitab al-Ahkâm, Bab al-Qadha’ wal Futya fit Tharîq
عن أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَارِجَانِ مِنْ الْمَسْجِدِ فَلَقِيَنَا رَجُلٌ عِنْدَ سُدَّةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا فَكَأَنَّ الرَّجُلَ اسْتَكَانَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, “Ketika saya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari masjid, kami ditemui oleh seorang lelaki di sisi masjid lalu orang itu bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Kapankah hari kiamat itu?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut kedatangannya?” Orang itu terdiam lalu menjawab, “Untuk menyambutnya, saya tidak menyiapkan shalat yang besar, tidak juga puasa yang besar serta tidak sedekah yang besar, akan tetapi saya mencintai Allâh dan Rasul-Nya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
2. Hadits ini juga dibawakan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahîh beliau rahimahullah dalam Kitab al-Bir was Shilah
3. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi rahimahullah dalam Kitab Zuhud dalam kitab kitab Jami’nya dari Ibnu Hajar rahimahullah
Bagian hadits ini yaitu lafazh :
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Diriwayatkan juga dengan
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Periwayatan dengan lafazh ini diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan yang lainnya melalui banyak jalur periwayatan yang banyak, bahkan sebagian Ulama menyebutkan bahwa jalur periwayatn ini mencapai derajat mutawatir.
Ibnu Katsir dalam tafsir Surat asy-Syûrâ mengatakan, “Ini diriwayat dari banyak jalur priwayatan yang mencapai derajat mutawatir…”
Ibnu Hajar rahimahullah ketika menjelaskan tentang hadits ini dengan lafazh الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ, mengatakan, “Abu Nu’aim rahimahullah telah mengumpulkan jalur-jalur periwayatan hadits ini dalam satu juz kitab yang diberi nama Kitâbul Muhibbîn wal Mahbûbîn. Jumlah para Sahabat yang membawakan hadits mencapai jumlah 20 orang. Kebanyakan riwayat mereka dengan menggunakan lafazh ini dan sebagian lagi membawakannya sebagaimana lafazh dari Anas bin Malik di atas.”
PENJELASAN HADITS
Lafazh:
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ
Sesungguhnya seorang lelaki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat
Dalam sebagian riwayat dari Anas Radhiyallahu anhu dalam kitab Shahîh al-Bukhâri disebutkan bahwa lelaki tersebut adalah seorang lelaki dari pedalaman.
Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan dalam kitab al-Fath bahwa lelaki tersebut adalah Dzul Khuwaishirah, orang Yaman yang pernah kencing di masjid Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . dan beliau rahimahullah mengatakan hadits yang menjelaskan tentang jati diri lelaki ini dibawakan dalam kitab ad-Daru Quthni.[2]
Hadits dalam riwayat ad-Daru Quthni yaitu:
عَنْ عَبْدِ اللهِ وَهُوَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ قَالَ : جَاءَ أَعْرَابِيُّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْخٌ كَبِيرٌ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ ، فَقَالَ: لَا، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَبِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ إِلَّا إِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، قَالَ: فَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ، قَالَ: فَذَهَبَ الشَّيْخُ فَأَخَذَ يبُولُ فِي الْمَسْجِدِ،
Dari Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu , beliau Radhiyallahu anhu mengatakan, “Ada orang tua yang berasal dari pedalaman mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Orang itu bertanya, “Wahai Muhammad ! Kapankah hari kiamat?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut hari kiamat?” Orang itu menjawab, “Tidak ada. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar sebagai Nabi! Saya tidak mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja saya mencintai Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” Lalu orang tua itu pergi (dengan senang-red) lalu kencing di masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟
Apa yang engkau persiapkan menyambut kedatangannya?
Maksudnya, amal shalih apakah yang telah engkau persiapkan untuk engkau raih balasannya jika hari kiamat tiba? Al-Hafizh mengatakan, “Al-Kirmani mengatakan, ‘Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam merespon orang yang bertanya menempuh metode orang bijak, yaitu merespon penanya bukan dengan sesuatu yang dia inginkan tapi dengan sesuatu yang penting atau bahkan lebih penting.”
Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam kitab al-Fath, “Maksudnya, dia akan dikumpulkan bersama mereka (orang dia dicintai) itu, sehingga dia menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang dicintai itu. Dengan pemahaman ini tertolaklah pemahaman sebagian orang yang mengatakan bahwa kedudukan mereka yaitu antara orang yang dicinta dan yang mencintai akan berbeda. Jika ini benar, bagaimana dikatakan ‘akan bersama’? Pertanyaan ini dijawab dengan : Kebersamaan itu bisa terwujud dengan adanya titik temu pada satu hal tertentu dan tidak mesti harus sama dalam semua hal. Jika mereka semua telah di masukkan ke surga berarti telah bersama-sama, meskipun derajat mereka di surga berbeda.
Perkataan Anas Radhiyallahu anhu :
فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Kami tidak pernah merasakan kebahagiaan dengan sesuatu sebagaimana kebahagiaan kami dengan sebab mendengar sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan :
فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرْحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Sejak memeluk Islam, kami tidak pernah merasakan kebahagiaan melebihi kebahagiaan yang kami rasakan karena mendengar sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Perkataan Anas Radhiyallahu anhu :
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ
Maka saya mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Bakr Radhiyallahu anhu dan Umar Radhiyallahu anhu
Dalam perkataan ini, Anas Radhiyallahu anhu mengumpulkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua Sahabat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu ungkapan cinta. Mencintai kedua Sahabat yang mulia ini merupakan bagian dari kecintaan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , karena cinta yang benar menuntut seseorang untuk selalu sejalan dengan dengan orang yang dicintainya dalam mencintai apa yang dicintainya dan membenci apa yang dibenci oleh orang yang dicintai. Abu Bakr dan Umar Radhiyalahu anhuma adalah dua Sahabat dan dua orang yang dicintai oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sementara Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imran/3:31]
Allah Azza wa Jalla telah menyatukan antara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kedua Sahabat Beliau tersebut di dunia juga kuburan mereka. Mereka berdua akan bersamanya di surga. Mereka berdua adalah orang terbaik yang dilahirkan oleh para wanita setelah para nabi dan para rasul. Yang terbaik diantara keduanya adalah Abu Bakr Radhiyallahu anhu dan orang terbaik setelah Umar Radhiyallahu anhu adalah Utsman Radhiyallahu anhu kemudian setelah Ali Radhiyallahu anhu. Keutamaan mereka di atas semua Sahabat yang lainnya.
FAIDAH HADITS
Keharuskan untuk kembali kepada para Ulama dan bertanya kepada mereka tentang masalah-masalah agama
Kelemah lembutan seorang alim kepada orang yang bertanya dan mengarahkan perhatiannya kepada sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat yang agung
Kesempurnaan kasih sayang Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya dan arahan Beliau n kepada mereka agar bisa meraih sesuatu yang mendatangkan keberuntungan dan kebahagian bagi mereka
Sesungguhnya diantara indikasi baiknya Islam seseorang yaitu dia menyibukkan diri dengan suatu yang bermanfaat baginya dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat
Sesungguhnya mempersiapkan diri menyambut hari akhirat dan membekali diri untuk kehidupan setelah kematian adalah sesuatu yang sangat penting yang harus mendapatkan perhatian serius
Hendaknya seseorang menganggap amalannya kecil, tidak mudah tertipu dengan apa yang diperbuatnya dan meyakini bahwa dirinya penuh dengan berbagai kekurangan, (sehingga dia akan terus terpacu untuk memperbaiki diri-red)
Keagungan kedudukan dan nilai kecintaan kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Dalam hadits yang shahih disebutkan:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Ada tiga hal, barangsiapa ada pada dirinya tiga hal ini, maka dia akan merasakan manisnya iman (yaitu, yang pertama): Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya lebih dia cintai dibandingkan yang lainnya, (kedua) dia mencintai seseorang, dia tidak mencintai kecuali karena Allâh dan (ketiga) dia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dicampakkan kedalam api neraka
Mengarahkan perhatian kaum Muslimin agar mencintai al-haq dan orang-orang yang membawa al-haq supaya dia juga dapat meraih kebahagiaan, karena seseorang itu akan senantiasa bersama denan orang yang dicintai
Keagungan kedudukan para Sahabat Radhiyallahu anhum dan antusiasme mereka yang sangat tinggi untuk meraih kebaikan serta jauhnya mereka dari berbagai keburukan. Ini tergambar dalam binar-binar kebahagiaan yang mereka rasakan saat mendengar sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Engkau akan bersama dengan orang yang cintai
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diarahkan kepada satu orang Sahabat berarti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diarahkan kepada semua umatnya selama tidak dalil yang menunjukkan bahwa sabda itu khusus untuk orang tertentu
Keutamaan Abu Bakr ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu dan Umar al-Fârûq Radhiyallahu anhu. Oleh karena itu, Imam al-Bukhari membawakan hadits ini dalam bab yang menjelaskan tentang keutamaan Umar bin al-Khattab
Hadits ini menunjukkan bahwa para Sahabat Radhiyallahu anhum mengagungkan dan memuliakan Abu Bakr Radhiyallahu anhu dan Umar Radhiyallahu anhu, mencintai mereka dan mengetahui kedudukan mereka dibandingkan yang lain.
Anas Radhiyallahu anhu mengatakan :
أَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
Aku berharap bisa bersama mereka dengan sebab kecintaanku kepada mereka, meskipun aku tidak mampu melakukan amalan mereka
Dalam perkataan ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa seseorang boleh menjadikan amal shalihnya sebagai wasilah. Ini juga ditunjukkan oleh hadits tentang orang bersembunyi di gua.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XIX/1436H/2015]
_______
Footnote
[1] Diangkat dari Kutub wa Rasail Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr, 2/111
[2] Sampai disini perkataan Ibnu Hajar rahimahullah
0 comments:
Post a Comment