"Agama adalah akal.
Siapa yang tidak memiliki agama, tidak ada akal baginya."
Hadits tersebut batil.
Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dari Abi Malik Basyir bin Ghalib. Kemudian ia berkata, "Hadits ini adalah badl munkar."
Menurut saya, kelemahan hadits tersebut terletak pada seorang sanadnya yang bernama Bisyir. Dia ini majhul (asing/tidak dikenal).
Inilah yang dinyatakan oleh al-Uzdi dan dikuatkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul-I'tidal dan al-Asqalani dalam kitab Lisanul-Mizan.
Inilah yang dinyatakan oleh al-Uzdi dan dikuatkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul-I'tidal dan al-Asqalani dalam kitab Lisanul-Mizan.
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini ialah bahwasanya semua riwayat/hadits yang menyatakan keutamaan akal tidak ada yang sahih.Semua berkisar antara dha'if dan maudhu'. Saya telah menelusuri semua riwayat tentang masalah keutamaan akal tersebut dari awal.
Di antaranya apa yang diutarakan oleh Abu Bakar bin Abid Dunya dalam kitab al-Aqlu wa Fadhluhu. Di situ saya dapati ia menyebutkan,"Riwayat ini tidaklah sahih."
Kemudian Ibnu Qayyim dalam kitab al-Manar halaman 25 menyatakan, "Hadits-hadits yang berkenaan dengan akal semuanya dusta belaka."
Sumber : Silsilah Hadist Dha'if dan Maudhu' No 1 Muhammad Nashiruddin al-Albani
Catatan :
Catatan :
Diriwayatkan oleh An Nasa-i dalam Al Kuna, Ad Dulabi dalam Al Kuna Wal Asma‘ 2/104 dari Abu Malik Bisyr bin Ghalib dari Zuhri dan Majma’ bin Jariyah dari pamannya secara marfu‘.
Meskipun demikian, bukan berarti kita menyia-nyiakan akal dan merendahkannya sebab, di dalam Alquran, banyak sekali pujian yang diberikan kepada orang-orang yang memanfaatkan nikmat akalnya dan memerintahkan untuk memberdayakan akalnya.
Namun, tugas akal–kaitannya dengan Alquran dan as-sunnah, ialah untuk memahaminya, bukan untuk menolak dan membantahnya. Jadi, kalau ada pertentangan maka yang disalahkan adalah akal, bukan nash.”
Orang yang tidak berakal adalah orang gila yang tidak dibebani hukum-hukum agama.Hanya saja butuh diketahui bahwa lemah/palsunya sebuah hadits itu hanya dari sudut tinjauan sanadnya sampai kepada kita, tidak ada hubungannya secara umum dengan isi haditsnya. Jadi, bisa jadi sanad sebuah hadits itu palsu tapi isinya benar karena didukung oleh dalil-dalil yang lain.
0 comments:
Post a Comment