2. Dari Hudzaifah bin Yaman berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Akan ada sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak mengambil petunjukku, dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku. Akan muncul (pula) ditengah-tengah kalian orang-orang (dikalangan penguasa) yang hatinya adalah hati syaithan dalam wujud manusia. Aku (Hudzaifah) bertanya: Apa yang harus saya perbuat jika aku mendapatinya? Beliau bersabda: (Hendaknya) kalian mendengar dan taat kepada amir, meskipun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.
(Hadits shahih riwayat Muslim dalam Shahihnya no. 1847 (52))
3. Dari Adi bin Hathim ra. berkata:
Kami bertanya:Ya Rasulullah, kami tidak bertanya kepadamu tentang (ketaatan) kepada (amir) yang bertaqwa, akan tetapi bagaimana yang berbuat (demikian) dan berbuat (demikian) (Adi bin Hathim menyebutkan perbuatan yang jelek)? Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dan (tetaplah) mendengar dan taat (kepada mereka).
(HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal hal 493 no. 1069)
4. Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Wajib bagi kamu mendengar dan taat baik dalam keadaan sulit ataupun mudah, semangat ataupun tidak suka, walaupun ia sewenang-wenang terhadapmu.
(HR. Muslim)
5. Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Wajib atas seorang muslim (untuk) mendengar dan taat (kepada pemimpin) pada apa yang ia sukai ataupun yang ia benci, kecuali kalau ia diperintah (untuk) berbuat maksiat, maka tidak ada mendengar dan taat.
(HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dari Muawiyah berkata:
Tatkala Abu Dzar keluar ke Ribdzah, dia ditemui sekelompok orang dari Irak, kemudian mereka berkata: Wahai Abu Dzar, pancangkanlah bendera (perang) untuk kami, niscaya akan datang orang-orang yang membelamu. (Maka) Abu Dzar berkata: Pelan-pelan (bersabarlah) wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Akan ada sepeninggalku seorang sulthan (pemimpin), muliakanlah dia, maka barangsiapa mencari-cari kehinaannya, berarti dia telah melubangi Islam dengan satu celah dan tidak akan diterima taubatnya sampai dia mampu mengembalikannya seperti semula.
(Hadits Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal)
7. Dari Abi Bakrah ra. berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Sulthan adalah naungan Allah dimuka bumi, barangsiapa menghinanya, maka Allah akan menghinakan dia (orang yang menghina sulthan), dan barangsiapa memuliakannya, niscaya Allah akan memuliakan dia.
(Hadits shahih riwayat Ibnu AbiAshim, Ahmad, At-Thoyalisi, Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal no. 1017 dan 1023, dan dalam As-Shahihah 2297)
8. Dari Ziyad bin Kusaib Al-Adawi beliau berkata:
Dulu aku pernah bersama Abi Bakrah berada dibawah mimbar Ibnu Amir dan beliau sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Kemudian Abu Bilal berkata: Lihatlah oleh kalian pada pemimpin kita, dia mengenakan baju orang-orang fasiq. Lantas Abi Bakrah pun langsung angkat bicara: Diam kamu! Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Barangsiapa yang menghinakan penguasa Allah di muka bumi niscaya Allah menghinakannya.
(Tirmidzi dalam sunannya (2225))
9. Didalam At-Tarikh AL-Kabir (7/18) oleh Al-Bukhari dari Aun As-Sahmy beliau berkata:
Janganlah kalian mencela Al-Hajjaj (Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi) karena dia adalah pemimpin kalian dan dia bukan pemimpinku. Adapun ucapan beliau: dia bukan pemimpinku, karena Abu Umamah tinggal di Syam sedangkan Al-Hajjaj pemimpin Iraq.
10. Dikitab yang sama (8/104) Imam Bukhari meriwayatkan dari Abi Jamrah Ad-DhobiI, beliau berkata:
Tatkala sampai kepadaku (khabar) pembakaran rumah, lalu aku keluar menuju Makkah dan berkali-kali aku mendatangi Ibnu Abbas sampai beliau mengenaliku dan senang kepadaku. Lalu aku mencela Al-Hajjaj di depan Ibnu Abbas sampai beliau berkata: Janganlah kamu menjadi penolong bagi syaithan.
11. Hannad mengeluarkan (riwayat) dalam Az-Zuhd (II/464):
Abdah menceritakan kepada kami dari Az-Zibriqan, berkata, Aku pernah berada disisi Abu Wail Syaqiq bin Salamah lalu au mulai mencela Al-Hajjaj dan au sebutkan kejelekan-kejelekannya. Lantas beliau berkata, Janganlah engkau mencercanya, siapa tahu barangkali dia berdoa, Ya Allah, ampunilah aku, kemudian Allah mengampuninya.
12. Dari Ibnu Abi Dunya mengeluarkan dalam kitab Ash-Shamtu wa Adabu Lisan hal 145 dan juga Abu Nuaim dalam Al-Hilyah (5/41-42) dari Zaid bin Qudamah beliau berkata: Saya berkata kepada Manshur bin Al-Mutamar:
Jika aku puasa apakah aku boleh mencela sulthan (penguasa/pemimpin)?
Beliau berkata: Tidak boleh.
Lalu aku terus bertanya apakah aku boleh mencela Ahli Ahwa (para pengekor hawa nafsu/Ahlul Bidah)?
Beliau menjawab: YA! (boleh).
13. Ibnu Abdil Barr telah mengeluarkan dalam At-Tamhiid (XXI/287) dengan sanadnya dari Abu Darda ra. bahwa ia berkata,
Sesungguhnya awal terjadinya kemunafikan pada diri seseorang adalah cacimakiannya terhadap pimpinan/pemerintahnya.
14. Ibnu Ab Syaibah rahimahullahu taala berkata dalam Al-Mushannaf XV/75 & II/137-138:
Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami dari Ibrahim bin Maisarah dari Thawus, berkata,
Pernah disebutkan (nama-nama) para pemimpin negara dihadapan Ibnu Abbas, lalu seseorang sangat bersemangat mencacimaki kehormatan mereka.
Lalu dia lakukan demikian sambil meninggi-ninggikan (badannya), sampai-sampai dirumah itu aku tida melihat orang yang lebih tinggi daripadanya. Kemudian aku mendengar Ibnu Abbas ra. berkata, Janganlah engkau jadikan dirimu sebagai fitnah (pemicu kekacauan) bagi orang-orang yang zhalim.
Maka serta merta orang tersebut merendahkan tubuhnya sampai-sampai dirumah tersebut aku tidak melihat orang yang lebih rendah / merendahkan tubuhnya daripadanya.
15. Dari Ummu Salamah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Akan ada sepeninggalku nanti pemimpin (yang) kalian mengenalnya dan mengingkari (kejelekannya), maka barangsiapa mengingkarinya (berarti) dia telah berlepas diri, dan barangsiapa membencinya (berarti) dia telah selamat, akan tetapi barangsiapa yang meridhoinya (akan) mengikutinya. Mereka para sahabat bertanya: Apakah tidak kita perangi (saja) dengan pedang? Beliau menjawab: Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian.
(HR. Muslim 6/23)
16. Dari Said Al-Khudri beliau berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
Akan ada nanti para penguasa yang kulit-kulit kalian menjadi lembut terhadap mereka dan hati-hati pun menjadi tenang kepada mereka. Kemudian akan ada para penguasa yang hati-hati (manusia) akan menjadi benci kepada mereka dan kulit-kulit pun akan merinding ketakutan terhadap mereka. Kemudian ada seorang lelaki bertanya: Wahai Rasulullah, tidakah kita perangi saja mereka? Beliau bersabda: Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian.
(As-Sunna Ibnu Abi Ashim hal. 498)
17. Dari Ubadah bin As-Shamit ra., beliau menceritakan:
Kami membaiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk mendengar dan taat (kepada pemerintah muslimin) dalam keadaan kami senang atau benci kepadanya, dalam keadaan kesulitan atau kemudahan, dan dalam keadaan kami dirugikan olehnya, dan tidak boleh kita memberontak kepada pemerintah. Kemudian beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Kecuali kalau kalian melihat kekafiran yang nyata dan kalian mempunyai bukti dari Allah pada perbuatan pemerintah tersebut.
(HR. Bukhari dan Muslim)
18. Dari Ibnu Umar ra. berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lalu bertanya:
Wahai Arsulullah, berwasiatlah kepada kami. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Dengarlah, taatlah, wajib bagi kalian dengan (sikap) terang-terangan (terbuka), dan hati-hatilah kalian dari (rencana) rahasia.
(Hadits shahih riwayat Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal)
19. Dari Anas berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Sepeninggalku nanti kalian akan menemui atsarah (pemerintah yang tidak menunaikan haq rakyatnya-ed) maka bersabarlah sampai kalian menemuiku.
(HR. Bukhari dan Muslim)
20. Dari Anas bin Malik berkata:
Para pembesar kami dari kalangan sahabat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melarang kami. Mereka berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Janganlah kalian mencela pemimpin-pemimpin kalian, janganlah kalian dengki kepada mereka dan janganlah kalian membenci mereka, (akan tetapi) bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya perkaranya (adalah) dekat.
(Hadits shahih riwayat Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal, hal 474 no. 1015)
21. Dari Abdullah bin Abbas ra. bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Barangsiapa melihat sesuatu yang ia benci ada pada pemimpinnya maka hendaklah ia bersabar, karena barangsiapa melepaskan diri dari Al-Jamaah meskipun sejengkal maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah.
(HR. Bukhari dan Muslim)
22. Dalam riwayat Muslim:
Barangsiapa membenci sesuatu dari pemimpinnya (pemerintah) maka hendaklah ia bersabar. Karena tida ada seorang manusiapun yang keluar dari (kekuasaan) penguasa meskipun sejengkal lalu dia mati dalam keadaan demikian, melainkan matinya tak lain dalam keadaan mati jahiliyyah.
Wallahu A’lam Bish-Shawab.